Mohon tunggu...
Nyimas Aliyah Prajnia P
Nyimas Aliyah Prajnia P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Nyimas Aliyah Prajnia Paramitha, seorang mahasiswa UGM jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea memiliki ketertarikan besar pada seni dan budaya. Ia ingin menyebarkan kesadaran kolektif untuk melestarikan suatu kebudayaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Kemampuan bahasanya juga digunakan dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN-PPM UGM Mengajarkan Tari Kipas Korea Buchaechum: Warisan Budaya Korea Menggema di Konawe Selatan

17 September 2024   14:01 Diperbarui: 17 September 2024   14:26 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu-ibu Desa Namu berlatih tarian Buchaechum membentuk bunga (dokpri)

Desa Namu di Konawe Selatan kini semakin semarak dengan musik tradisional Korea dan gemulai gerak tari Buchaechum dalam rangka melakukan pelatihan dengan mahasiswa KKN-PPM UGM Unit SG007 dibawah bimbingan Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc. Beberapa ibu-ibu di desa tersebut antusias mengikuti pelatihan tari kipas khas Korea ini, sebuah inisiatif yang tidak hanya memperkaya khasanah budaya desa tetapi juga membuka potensi baru bagi masyarakat tembaga. Buchaechum, sebuah tarian yang identik dengan gerakan lembut dan harmoni kipas warna-warni, telah menaklukkan hati para praktisi. Ibu-ibu rajin mengikuti setiap gerakan yang diinstruksikan, meski awalnya terlihat agak bingung. Namun semangat belajarnya membuat mereka cepat menguasai dasar-dasar tarian ini.

Ibu-ibu Desa Namu berlatih membentuk gerakan gunung dan lembah (dokpri)
Ibu-ibu Desa Namu berlatih membentuk gerakan gunung dan lembah (dokpri)

Pelatihan tari tradisional Korea Buchaechum, di Desa Namu, Konawe Selatan, Kecamatan Laonti menjadi inisiatif yang membuahkan hasil signifikan. Ibu-ibu rumah tangga di desa antusias mengikuti pelatihan ini, menunjukkan antusiasme yang besar dalam melestarikan budaya asing dan memperkaya khasanah seni lokal. Pada awalnya, gerakan lembut dan anggun dari tari kipas khas Korea ini terasa aneh bagi mereka. Namun, di bawah bimbingan yang sabar, mereka menguasai dasar-dasar tarian ini. Setiap gerakan yang mereka lakukan dipraktikkan dengan konsentrasi penuh, mencerminkan dedikasi mereka dalam mempelajari budaya baru.

Lebih dari sekedar mempelajari langkah-langkah menari, pelatihan Buchaechum juga memberikan dampak positif bagi para pesertanya. Mereka tidak hanya meningkatkan keterampilan motorik dan koordinasi tubuh, tetapi mereka juga menikmati manfaat psikologis seperti peningkatan kepercayaan diri dan kesejahteraan mental. “Berkat tarian ini saya merasa lebih dekat dengan diri saya sendiri,” ujar salah satu peserta, “Gerakannya yang lembut dan berirama membantu saya rileks dan berkonsentrasi. ”. Keberhasilan pelatihan ini tidak lepas dari dukungan penuh dari pemerintah desa.

Pelatihan tari Buchaechum di desa Namu merupakan perjalanan budaya yang menginspirasi. Gerakan tarian kipas Korea yang lembut dan anggun mungkin tampak aneh pada awalnya, tetapi lambat laun menjadi bagian yang tak terpisahkan. Dengan setiap sesi latihan, mereka menjadi lebih baik dalam mengoordinasikan gerakan lengan dan kaki, sehingga menciptakan harmoni yang indah antara tubuh dan musik. Lebih dari sekedar menari, pelatihan di Buchaechum membuka pintu baru bagi mereka untuk memahami budaya yang berbeda.

Pelatihan ini menjadi wadah bagi mereka untuk berekspresi dan mengeksplorasi jati diri. Keberhasilan pelatihan ini tidak lepas dari peran penting instruktur yang sabar dan berdedikasi. Dengan penuh kesabaran, instruktur akan membimbing peserta, memperbaiki kesalahannya, dan memotivasi mereka untuk terus berlatih. Kehadirannya menjadi inspirasi bagi peserta untuk terus belajar dan berkembang. Dukungan dari pemerintah desa juga menjadi faktor penting  keberhasilan program ini.

Pemerintah desa menyediakan fasilitas dan dukungan keuangan yang memadai untuk membeli peralatan yang diperlukan. Pemerintah desa juga aktif mempromosikan kegiatan ini kepada masyarakat luas. Kedepannya, para peserta pelatihan berencana membentuk kelompok seni profesional Buchaechum. Mereka akan tampil di berbagai acara, seperti festival budaya, hari raya, dan acara khusus lainnya. Tari Buchaechum tidak hanya sekedar hiburan tetapi juga merupakan salah satu cara untuk mempromosikan potensi wisata desa Namu. Melalui pelatihan Buchaechum, Desa Namu menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan masyarakat. Tarian ini tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga membuka peluang baru bagi pengembangan ekonomi lokal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun