Pandemi COVID-19 membawa dampak besar pada berbagai sektor, termasuk pelayanan kefarmasian. Apoteker memegang peran penting sebagai penyedia informasi obat dan layanan klinik. Namun, kebijakan selama pandemi sering kali dinilai kurang efektif dalam menekan kasus COVID-19 dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tantangan yang dihadapi meliputi pembatasan interaksi langsung, kekurangan pasokan obat, dan perubahan metode pelayanan, seperti pengenalan telefarmasi. Kurangnya keterlibatan apoteker dalam pengambilan keputusan kebijakan serta keterbatasan akses informasi bagi masyarakat menjadi perhatian utama. Upaya meningkatkan efektivitas pelayanan kefarmasian mencakup pelibatan apoteker dalam kebijakan kesehatan, pengembangan telefarmasi, dan kampanye edukasi masyarakat.
Pandemi yang dimulai pada akhir 2019 telah mengubah dinamika pelayanan kesehatan, termasuk di bidang kefarmasian. Apoteker, meskipun perannya vital, menghadapi berbagai hambatan seperti pembatasan interaksi fisik dan protokol kesehatan yang ketat, sehingga mengurangi kemampuan memberikan pelayanan optimal. Kekurangan pasokan obat dan alat pelindung diri (APD) memperburuk situasi, menghambat akses pasien terhadap layanan kesehatan. Meski telefarmasi diperkenalkan sebagai alternatif, efektivitasnya dalam pemantauan terapi dan komunikasi masih menjadi tantangan. Penting untuk mengevaluasi kebijakan pelayanan kefarmasian guna memastikan respons yang lebih baik terhadap kebutuhan masyarakat dan meningkatkan efektivitas layanan di masa mendatang.
Pandemi COVID-19 juga memaksa adaptasi dalam pelayanan kefarmasian. Misalnya, apoteker mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) baru untuk menjaga keamanan pelayanan, termasuk penggunaan APD dan penerapan protokol sanitasi. Banyak apotek mulai mengadopsi layanan berbasis online seperti e-pharmacy dan pengiriman obat ke rumah untuk mengurangi kontak fisik. Inovasi ini memungkinkan pasien tetap mendapatkan pelayanan yang aman dan efisien selama pandemi. Studi menunjukkan bahwa sebagian besar apotek di Indonesia telah menerapkan layanan seperti pembayaran non-tunai dan konsultasi jarak jauh untuk meningkatkan aksesibilitas.
Selama pandemi, apoteker menunjukkan fleksibilitas dalam perannya. Mereka menyediakan layanan jarak jauh untuk pasien dengan gejala ringan COVID-19 maupun pasien dengan kondisi kronis. Pengelolaan stok obat menjadi tanggung jawab utama apoteker, termasuk memastikan ketersediaan obat dan alat medis penting. Selain itu, mereka aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan COVID-19, penggunaan obat yang tepat, dan klarifikasi informasi kesehatan yang sering salah dipahami. Edukasi ini membantu meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan mendorong perilaku kesehatan yang lebih baik.
meskipun menghadapi berbagai tantangan, apoteker telah beradaptasi dengan situasi pandemi melalui inovasi dan pengembangan layanan. Implementasi SOP baru, layanan berbasis online, dan e-pharmacy menjadi langkah strategis untuk memastikan pelayanan farmasi tetap efektif dan aman. Apoteker tidak hanya mendukung pengobatan tetapi juga berkontribusi dalam pencegahan dan edukasi masyarakat selama pandemi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI