Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menabur Garam di Garis Cakrawala

7 Juli 2015   12:09 Diperbarui: 18 September 2019   13:57 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Pesawat hercules jatuh di Medan” begitulah kira-kira isi dari grup Whatsapp ketika baru saja saya sampai di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru sekitar jam 2 siang. Pada awalnya saya tidak terlalu menanggapi, hanya berucap “innalilahi”. 

Setelah keluar Bandara, pak Aris dan bu Endang ternyata telah menjemput saya. Bu Endang pun menyinggung soal kecelakaan yang terjadi beberapa jam lalu (30/7), dan beliau juga mengatakan bahwa tadi pagi pesawat Hercules sempat parkir di Lanud Roesmin Nurjadin tempat dimana posko kami berada dan sempat menaikan beberapa penumpang. 

Suasana berduka sangat tersa ketika saya memasuki kawasan Lanud Roesmin Nurjadin. Terlihat beberapa orang menangis tak menyangka bahwa orang-orang yang baru saja mengatakan selamat tinggal akan pergi menggunakan Hercules, ternyata mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya kembali kepada sang Maha Kuasa.

Dua-tiga hari kemudian, jenazah kecelakan Hercules dipulangkan dengan pesawat CN terlihat beberapa peti dijejerkan dan ditutupi dengan sang saka merah putih. Keluarga korban menjemput orang terkasih yang kini sudah tak bernapas di Lanud Roesmin Nurjadin. 

Menangis tersedu-sedu antara kehilangkan, kerinduan, tak menyangka, pasrah, melebur menjadi satu. Berharap waktu dapat diulang kembali dan dapat menghabiskan waktu lebih lama bersama terkasih.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Seorang bapak mengenakan baju berwarna gading dan berkopiah datang sendiri ke Lanud Roesmin Nurjadin menjemput jenazah sang anak. Itu adalah anak satu satunya. Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa anaknya, tak ada lagi harta yang dimiliki bapak ini. 

Di balik ketegaran yang ia tampilkan dari raut mukanya, terdapat kesedihan mendalam yang tak bisa terobati. Seorang anak yang ia sangat sayangi pergi meninggalkannya yang pada hari mengenaskan itu ia berpamitan ingin berjalan-jalan di haril libur kuliahnya. Tak dapat disangka itulah momen terakhir yang dapat dikenang oleh sang bapak.

Hujan... hujan... turunlah 

Masih teringat jelas kabut asap yang menutupi hampir seluruh kota Pekanbaru dan beberapa tempat lainnya di Provinsi Riau pada tahun 2014. Sama halnya dengan bencana banjir di Jakarta. 

Semua kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya terpaksa dihentikan karena kabut yang mengganggu. Kondisi udara pun sudah masuk ISPU (indeks standar pencemaran udara) berbahaya. 

Tak ada yang bisa dilakukan selain berdiam diri di dalam rumah. Segala upaya telah dikerahkan agar kondisi dapat segera diselesaikan. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Riau berusaha agar kejadian serupa di tahun lalu tersebut tidak terjadi lagi di tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun