Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Masker di Commuter Line

1 Agustus 2014   00:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:45 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1406798667521873847

[caption id="attachment_335850" align="aligncenter" width="342" caption="Pengguna commuter line yang menggunakan masker (sumber gambar: alexaleo802.blogspot.com)"][/caption]

Siapa yang tak kenal commuter line? Sejak perubahannya yang drastis karena tangan dingin seorang Ignasius Jonan bagaikan mengubah Cinderella dalam semalam. Kini CL menjadi primadona bagi masyarakat Jabodetabek yang ingin bekerja atau hanya sekedar jalan-jalan. Harga tiket kereta Jabodetabek ini memberlakukan sistem tiket elektronik dan ongkosnya disesuaikan dengan jarak tujuan kita. Keretanya pun sudah 100%  full AC. Apalagi dengan adanya gerbong khusus wanita, dengan begitu kita yang cewek-cewek ngga perlu merasa ngga nyaman ketika berdesakan dalam kereta. Dibandingkan dengan jaman dulu, kereta api Jabodetabek ini jauh dari kata "layak guna". Bayangkan saja, dimana-mana ada tukang jualan, pengamen, bau pesing, ditambah panas saat berada dalam kereta. Ada sih kereta yang sudah menggunakan AC dan lebih rapi, tapi harganya jauh lebih mahal dibanding kereta ekonomi.

Lanjut ke topik pembicaraan. Sebenarnya saya baru satu bulan lebih menjadi pengguna tetap CL. Sejak lahirnya CL ini, saya sudah beberapa kali menggunakannya. Kalau kita lihat pada jam-jam tertentu, CL selalu penuh. Pada hari kerja, kereta menuju Jakarta akan penuh hingga jam 9 pagi. Sebaliknya, sore hari kereta akan penuh dengan penumpang ke wilayah lainnya selain Jakarta. Pemandangan yang sering terlihat adalah pengguna CL menggunakan masker (penutup mulut dan hidung). Kenapa? Kalau dipikir-pikir di dalam kereta tidak ada debu dan tidak bau juga karena selalu ada petugas kebersihan yang membersihkan kereta. Setelah saya coba menggunakan masker justru mengganggu masuknya oksigen ke hidung saya. Oh, mungkin mereka sedang sakit (tapi kenapa banyak banget ya).

Usut punya usut, ternyata pengguna masker itu untuk menutupi mulutnya ketika sedang tidur. Tau sendiri kan, kalau lagi tidur muka sulit dikendalikan. Apalagi kalau harus ada yang mengalir di sudut bibir (jadi parno deh). Ya, mungkin ada beberapa yang memang bermaksud lain untuk menggunakan masker seperti saat sedang sakit. Tapi, kalau diperhatikan, mereka akan mulai menggunakan masker saat sudah duduk di CL dan bersiap untuk tidur. Hehehe. Kebanyakan sih penggunanya wanita. Wajar lah, takut mukanya terlihat aneh kalau lagi tidur. Sejak saat itu, saya pun berpikir, bagaimana ekspresi muka saya saat tidur di kereta. Perjalanan yang ditempuh lebih dari satu jam, diisi dengan kegiatan membaca buku, dengerin musik, main games di hape, dan kalau udah bosan, yaa tidur (hanya untuk yang dapet tempat duduk). Kebetulan saya berangkat dan pulang sendiri.  Jadi ngga ada yang ngasih tau bagaimana ekspresi muka saya saat tidur. Malu juga kalau emang ngga ke kontrol mukanya. Well, jadi lah ikut-ikutan pakai masker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun