Sabtu sore harusnya menjadi momen weekend yang sangat tenang, tidak perlu memikirkan rumah yang belum disapu, tidak perlu memikirkan cucian baju yang menumpuk, tidak perlu memikirkan dapur yang kotor, semuanya sudah bersih dan sesuai pada tempatnya. Itulah impian saya.
Pada kenyataannya, rumah sudah seperti kapal pecah, malam mingguan bersama keluarga pun gagal. Pada sore itu, saya sedang scrolling group whatsapp, asal saja tanpa memperhatikan setiap detail chatnya.
Pada satu chat, saya terpaku dan bersemangat akan acara yang akan diadakan besok oleh ibu-ibu PKK komplek rumah saya. Saya pikir, saya akan menemukan solusi atas kekacauan di rumah saya. Saking semangatnya, saya termasuk yang datang paling awal, padahal pembicaranya sendiri belum datang.
Sebuah gebrakan bagi saya saat itu, ibu-ibu PKK berinisiatif agar ibu-ibu warga kompleks yang ingin menghadiri acara tersebut, diharuskan membawa tempat makanan dan minuman sendiri, sedangkan makanan dan minumannya disediakan panitia. Zero waste.Â
Tak lama kemudian, sesosok pria berumur hampir 30 tahun berpostur tegap memakai baju koko warna hijau toska tangan pendek hadir ditengah-tengah para peserta dan memberikan salam. Sebagai perkenalan, pria tersebut memperkenalkan diri melalui sebuah video youtube, saya pikir itu rekaman dari salah satu program televisi yang meliput kegiatan mereka.
Singkat cerita, metode itu mulai dikenal dan diterapkan di Indonesia. Karena terdapat perbedaan antara kondisi di Indonesia dan Jepang di mana Konmari berasal, maka dibentuklah komunitas Gemar Rapi. Pria bernama Aang Hudaya ini sudah memulai hidup "tertata" sejak ia dibangku kuliah, hingga saat ini menurutnya masih berproses ke arah yang lebih baik.
Berkaca pada rumah saya yang berantakan, secara umum ada 4 penyebab utama rumah berantakan.
Pertama, terlalu banyak barang. Betul sekali. Saya yang sejak lahir tinggal di kota yang sama, memungkinkan saya memiliki barang-barang sejak saya kecil hingga sekarang.
Kedua, kebiasaan dan pola asuh. Disinyalir, kebiasaan kita membiarkan barang-barang tidak berada pada tempatnya dan orang tua kita yang juga hidup berantakan membuat tubuh kita ini nyaman dalam "berantakan".
Ketiga, benda tidak punya tempat. Di manakah anda menyimpan remote TV? Di mana-mana. Karena remotenya tidak diberi tempat. Begitu pula sisir, charger hape, kacamata, dll.