[caption caption="Ilustrasi radiosonde (sumber: innovim.com/)"][/caption]Terlihat karet berwarna putih mulai mengembang setelah diisi dengan gas hidrogen. Dari yang tak kasatmata bentuknya hingga membentuk bola berdiameter lebih dari satu meter. Melayang-layang di udara diikat dengan seutas tali yang panjangnya mencapai lebih dari 10 meter. Setelah balon cukup besar dengan tekanan tertentu, bola besar tersebut kemudian digiring oleh Pak Kadarsah dari BMKG yang bertugas untuk membawa balon ke tempat dimana ia akan diluncurkan.
Sang balon sepertinya sudah tak sabar ingin diluncurkan, namun ternyata balon belum sempurna untuk dibiarkan berlari-lari ke angkasa. Balon ini harus disisipkan sebuah boks dan sebuah parasut kecil di ekornya. Inilah yang membuat balon ini tak biasa yaitu terdapat alat yang berbentuk balok ringan dengan panjang sekitar 25 cm yang disisipkan pada tali yang mengikat balon. Alat tersebut dinamakan radiosonde. Balon ini bisa meramal cuaca karena terdapat instrumen cuaca dan radio transmitter guna merekam apa yang terjadi di atas sana. Parameter-parameter tersebut terdiri dari tekanan, suhu, dan kelembaban. Juga ditambah parameter arah dan kecepatan angin (dinamakan rawinsonde). Kemudian data tersebut akan langsung diterima oleh pengamat yang meluncurkan tadi.
Sebelum diikatkan, radiosonde sebelumnya diatur terlebih dahulu dengan menggunakan seperangkat komputer dan alat khusus agar radiosonde dapat bekerja dengan baik. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah persiapan, sonde check, dan peluncuran. Karena kehebatannya, tak salah jika sekali peluncuran menghabiskan biaya hampir 5 juta rupiah dan biasanya dilakukan dua kali sehari. Wow.
[caption caption="Persiapan peluncuran radiosonde (credit: Mbak Wiwid)"]
Seberapa penting peluncuran radiosonde sehingga mengharuskan kita mengeluarkan uang hampir 10 juta dalam sehari? Peluncuran radiosonde di Indonesia biasanya dilakukan di bandara-bandara untuk mengetahui profil vertikal dari distribusi temperatur, tekanan, kelembaban, dan kecepatan serta arah angin. Tentunya dalam penerbangan sangat penting menyangkut keselamatan dalam penerbangan. Waktu diluncurkannya pun disesuaikan dengan waktu internasional yaitu jam 00 UTC (jam 7.00 WIB) dan 12 UTC (jam 19.00 WIB). Untuk keperluan tertentu, jam terbang radiosonde bisa ditambah menjadi 4 kali dalam sehari yaitu jam 00, 06, 16, dan 18 UTC.
“Siap... luncurkan” seru mbak Wiwid yang bertugas dalam pengoperasian komputer untuk peluncuran radiosonde. Pak Samsudin dan Pak Kadarsah pun melepaskan tali balon dari penahannya dan membiarkannya mengudara. Gas hidrogen merupakan unsur teringan yang berada di semesta ini sehingga ia akan mudah untuk terbang ke langit. Lama kelamaan ukuran balon mulai mengecil dari pengelihatan, membayangkan bagaimana ia menjelajah lapisan troposfer, membaca satu persatu parameter per lapisan ketinggian. Dari komputer pemantau dapat dilihat kemana balon itu menari-nari, berjingkat-jingkat, dan berlari di cakrawala. Luasan permukaan balon kian melebar seiring bertambahnya ketinggian karena tekanan udara yang semakin berkurang. Hingga pada suatu titik, balon tersebut tak mampu menahan tekanan yang ia terima dan meletus pada ketinggian tertentu. Radiosonde pun mulai terjun bebas menggunakan parasut yang sudah disisipkan pada tali balon dan membiarkan angin membawanya ke tempat ia akan mendarat dan sampai di bumi. Jika sampai ada orang yang menemukannya, maka ia akan membaca tulisan pada badan radiosonde “Alat ini tidak berbahaya”.
Dalam perjalanannya di angkasa selama lebih dari satu jam, radiosonde sudah cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang diperoleh dari pengukuran radiosonde kemudian diplotkan menjadi profil vertikal menggunakan sebuah software bernama Rawinsonde Observation (RAOB) yang kemudian dapat digunakan sebagai analisis prediksi cuaca, peringatan dini cuaca ekstrem, atau untuk penelitian mengenai atmosfer. Lihat video ini untuk melihat proses kerja si balon peramal cuaca: https://youtu.be/_Eq6xluHj90
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H