Mohon tunggu...
Nyai Endit
Nyai Endit Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis Fiksimini, Penyiar Radio, Pemilik Bumi Buku Sunda, Pengelola Taman bacaan Masyarakat "Bumi Baca Rancaekek"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulislah dan Membacalah

25 Agustus 2012   20:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Try to write every day, Undoubtedly, your skin will be refreshed due to the tremendous benefits." Cobalah untuk menulis setiap hari, tidak diragukan lagi kulitmu akan segar karena ada manfaatnya. Itulah kalimat yang tertulis dalam buku Women's Renellion and Islamic Memory yang ditulis oleh Fatima Mernissi,seorang feminis dari maroko.

Benarkah itu? Jika itu benar tak ada salahnya kita mulai menulis. Menulis dapat membuat pikiran kita merasa rileks. Apalagi jika yang ditulis itu adalah isi hati kita, tentu ini tergantung dengan tulisan apa yang kita sukai. Sebahagian orang lebih menyukai untuk menulis berbagai hal-hal yang fakta, namun ada pula sebahagian lagi lebih menggemari untuk menulis cerita-cerita fiksi atau pengalaman hidupnya.

Tulisan bisa beragam, ada berita, curahan hati, puisi, fiksi ataupun hanya sekedar tulisan singkat, yang hanya si penulis sendirilah mengetahui artinya. Semua tidak dilarang, dan semua itu sah-sah saja. Lalu, bagaimana jika kita ingin belajar menulis?

Tidak semua orang pandai menulis, tidak semua orang pandai mengutarakan cerita atau pemikiran yang ada dalam otaknya. Bagaimana cara untuk dapat menulis?

Harus kita terima, bahwa kegiatan menulis tidak lepas dari membaca. Dengan banyak membaca pengetahuan kita akan bertambah. Dengan membaca, sedikit demi sedikit cara menulispun bisa kita dapatkan disana. Tapi ingat! Jikapun terlalu banyak membaca atau keasyikkan membaca tak baik pulalah untuk niat kita pandai menulis.

Leslie Monsour, seorang penyair dari Amerika pernah menulis sebuah puisi yang berjudul The Education of a Poet.

Her pencil poised, she's ready to create,
Then listens to her mind's perverse debate
On whether what she does serves any use
And that is all she needs for an excuse
To spend all afternoon and half the night
Enjoying poems other people write

Pensilnya telah tajam, dia siap untuk mencipta
Kemudian didalam fikirannya ada perdebatan sesat
Apa kira-kira apa yang dia lakukan (tulis) itu bagus
Semua itu dijadikannya alasan
Untuk menghabiskan sepanjang sore dan setengah malam hari
Nikmati berupa-rupa puisi karya orang lain

Keseimbangan membaca dan menulis sangatlah penting. Jika keasyikkan membaca dan timbul keragu-raguan hanya karena kita memiliki fikiran, "Apakah tulisan saya bagus?" Maka niscaya kemampuan kita menulis akan terlaksana.

Bagaimana mengatasi hal itu? Mulailah menulis, lupakan (dahulu) tentang bagus atau tidaknya. Menulislah dan membacalah dengan seimbang, cepat atau lambat kemampuan kita akan terasah. Pun ilmu menulis kita akan bertambah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun