Baru-baru ini Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan bahwa pihaknya akan mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah di Papua. Sontak hal itu mendapat dukungan dan apresiasi dari berbagai kalangan.
Bukan tanpa alasan. Pendekatan dialog inilah yang dibutuhkan karena akan memprioritaskan aspek kemanusiaan dari pada angkat senjata. Dari dialog juga mencerminkan wajah sesungguhnya TNI yang humanis dan selalu membuka ruang bagi kearifan dan tradisi lokal diakui dan diakomodir dengan baik.
Dengan cara elegan seperti dialog, para pihak di Papua bisa mencari titik temu yang akan membawa kemaslahatan bagi semua pihak. Misalnya, bisa saja bahwa pembangunan masif infrastruktur di Papua itu hanya berdasarkan keinginan kaca mata pemerintah pusat.
Meski menurut kaca mata pemerintah pusat memang pembangunan infrastruktur itu penting bagi Papua. Tapi kan bisa saja masyarakat di sana beda pandangan. Mungkin perbedaan pandangan inilah yang bisa saja membuat sebagian kelompok menginginkan berpisah dari wilayah NKRI.
Dengan dialog, semua pihak duduk bersama. Ketemu logika pusat dan masyarakat Papua asli. Sebab itu, komitmen Pak KSAD mengedepankan dialog harus kita dukung bersama.
Karena sejatinya operasi senjata bukan solusi guna menyelesaikan masalah di Papua. Bukan berarti peralatan TNI tidak lengkap. Tapi akan mengakibatkan banyak warga Papua gugur berjatuhan.
TNI concern pada tujuan agar tidak ada jatuh korban seorang pun. Bahkan kalau bisa, mereka  mereka yang bergabung di kelompok separatisme itu bisa kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Oleh sebab itu, pendekatan dialog adalah misi mulia memulihkan tenun kebangsaan di Papua. Memulihkan saudara sebangsa dan setanah air mencintai kembali tanah airnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H