Mengikuti kasus yang menimpa Ariel, aku prihatin. Andai toh si "pemain di video sex" itu benar-benar Ariel, itu adalah urusan pribadinya. Dia sudah dewasa, urusan moral dan sikapnya di atas ranjang adalah privacy yang seharusnya menjadi konsumsi pribadi. Semua menjadi merugikan karena muncul pihak ketiga yang "membocorkan" video itu ke publik. Perbuatan yang entah didasari apa. Jika iseng, isengnya memang keterlaluan karena efeknya selain menghebohkan bangsa, juga memberi warna hitam pada sejarah adat istiadat ke-Timuran. Having sex itu semua orang yang sudah menikah pasti mengalami bersama suka dukanya. Kadang memang muncul fantasi-fantasi liar yang tujuannya demi meraih kepuasan. Andai seseorang yang mirip Ariel merekam kegiatan sex-nya demi meraih kepuasan, itu adalah haknya. Yang salah adalah, ya jangan lakukan dengan sembarang orang. Hantam kromo, tak benarlah itu ditinjau dari sudut manapun. Jika bicara masalah perasaan, saat ini Ariel tentu telah terpuruk. Jika kita menghargai hukum, biarlah hukum yang berbicara, tak usah ditambah demo-demo, hujatan-hujatan dan pelarangan-pelarangan karena dengan adanya itu semua, media akan terus saja memblow up pemberitaan hingga kasus ini ga selesai-selesai. Kasihan anak SD, SMP, SMA yang tentu akan penasaran dan lalu mencari tahu. Menurutku, Ariel sudah terpuruk ke titik terendah. Harapanku semoga jika itu benar dia, akan memetik pelajaran berharga untuk langkah ke depan. Manusia memang pada dasarnya butuh sex, terbukti dari begitu banyaknya orang yang berlomba mendownload link video Ariel, bahkan mencari versi barunya dengan entah siapa. Weleh-weleh.. jangan sampai munafik, kita hujat-hujat tapi dibelakang keasyikan nonton videonya. Mari kita bercermin sebelum menghujat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H