Hallo,
Beberapa waktu yang lalu saya pernah share artikel tentang part time ngemis , dalam artikel itu lebih menggambarkan tentang banyaknya peminta-minta menjelang hari raya Idul  Fitri. Â
Tapi jangan salah, Idul Adha juga ada yang semacam ini. Â Minta apa? Apalagi kalau bukan minta daging kurban. Â Dalam sehari, mereka bisa mendapat daging sekarung. Â Bukan karung beras ukuran 25 kg, karung yang dibawa ukuran 40 kg. Â Iya, sebanyak itu.
Biasanya sekitar jam 1 siang orang entah dari mana berbondong-bondong lewat depan rumah saya menuju masjid untuk antri minta daging kurban. Â Trik agar dapat banyak adalah sekeluarga datang bersama karena setiap yang antri akan diberi jatah 1 kantong. Â Besar-kecil, tua-muda, kakek-nenek, balita-remaja, semua yang antri dapat. Â
Orang yang mau antri daging kurban beberapa memang kekurangan, tapi ada juga yang terlihat kecukupan. Â Beberapa dari mereka ada yang bawa motor model terbaru, gres. Â
Selain itu, ada juga yang pakai perhiasan yang besar dan mencolok, membawa smartphone android yang lebih mahal dari punya saya, masih sambil merokok. Â Yah elah, beli rokok punya, masa daging masih minta-minta?
Saya pikir awalnya kurban itu masalah mampu dan tidak mampu, kecukupan atau kekurangan, kaya dan miskin. Â Tapi kalau nyatanya yang minta kadang terlihat lebih berada daripada yang membagikan, jangan-jangan kurban itu perkara mau dan tidak mau, niat dan tidak niat. Â Ada yang pas-pasan memenuhi kebutuhannya, tapi mau menabung demi bisa berkurban. Â
Ada juga yang harus hutang dulu untuk beli hewan kurban karena memang sudah niat tapi uangnya masih kurang. Â Tapi ada pula yang cukup untuk bayar motor, beli perhiasan, beli rokok tiap hari, tapi lebih memilih antri minta daging kurban.
Sepertinya revolusi mental diperlukan terkait hal ini. Â Orang yang meminta belum tentu karena mereka benar-benar butuh dan masih kekurangan setelah segala usaha mereka, tapi bisa juga karena emang pengen aja, cari untung. Â
Dari rombongan pengantri daging kurban itu, pasti sebagian untuk dijual, bukan murni untuk konsumsi sendiri. Â Saya yakin karena saya sekeluarga dapat jatah sekantong aja ga habis-habis, gimana dapat sekarung besar? Â
Bisa berminggu-minggu kalau hanya dimakan sendiri. Â Hukumnya memang diperbolehkan untuk menjual daging kurban yang diperoleh, tapi bukan berarti bisa minta kesana kemari sebanyak-banyaknya untuk dijual. Â Pembagian kurban bukan arena kulakan daging, sumber bisnis jual beli daging dengan untung 100%.
Orang yang berkurban memang sudah ihlas dan tidak memikirkan lagi kurban mereka akan diberikan pada siapa, tapi bukan berarti orang bermental minta bebas cari untung. Â