Mohon tunggu...
Nuzurul Rochmah
Nuzurul Rochmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap Hidup! Melipir ke blog saya buat baca beberapa cerpen dan puisi~ https://gaungresah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biografi Helvy Tiana Rosa, Sastrawan Serba Bisa yang Gencar Suarakan Isu Palestina

18 September 2024   00:34 Diperbarui: 18 September 2024   00:37 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Helvy Tiana Rosa dalam Aksi Damai Lintas Agama “Indonesia Bela Palestina" (Instagram.com/helvytianarosa)

Helvy Tiana Rosa merupakan seorang sastrawan kelahiran Medan, 2 April 1970. Ia memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan sastra populer di Indonesia. Lebih dari 40 buku yang telah ia tulis dan terbitkan sejak tahun 1996 hingga sekarang. Tidak hanya puisi, Helvy juga aktif menulis cerpen, novel, naskah drama, dan jurnal sastra yang juga dimuat diberbagai media massa. Banyak dari karya-karyanya tersebut telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk ke dalam bahasa Inggris, Arab, Jepang, Swedia, serta Perancis.

Tak mengindahkan identitasnya sebagai seorang muslimah dan aktivis kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kesusastraan, Helvy kerap menuangkan gagasannya yang bernuansa Islami ke dalam karya-karyanya. Selain itu, sebagian dari karyanya tersebut juga terinspirasi dari problematika yang timbul atas realitas sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Salah satunya pada puisi Apakah Sampai Padamu Berita tentang Mahanazi?. Puisi dengan topik perjuangan dan penindasan ini memuat kritik sosial atas konflik kemanusiaan di Palestina. Penulis mengecam keras atas serangan Israel terhadap penduduk sipil melalui karya-karyanya. Helvy pun aktif mengikuti berbagai aksi solidaritas untuk Palestina, termasuk mengisi berbagai gelar wicara terkait topik tersebut.

Selain juga dikenal aktif menulis banyak cerpen anak, dalam sepak terjangnya, cukup banyak novel yang ditulis Helvy telah dialihwahanakan menjadi film, diantaranya berjudul Hayya (2019), Hayya 2 (2022), Gaza (2024), 212: The Power of Love (2018), Ketika Mas Gagah Pergi (2016), serta beberapa film lainnya.

Jika menilik berbagai karya sastra yang dihasilkan oleh Helvy dengan beragam penghargaan yang ia dapat terkait dengan kiprahnya di dunia sastra dan sosial-budaya, maka hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan dan keluarga yang juga bergerak aktif dalam bidang yang sama. Helvy menempuh pendidikan sarjana Sastra Arab di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang kemudian ia lanjutkan ke jenjang berikutnya di Fakultas Ilmu Budaya hingga mendapat gelar Magister Humaniora dengan fokus ilmu kesusastraan. Ia pun kerap menjadi pembicara dalam berbagai forum sastra dan budaya, baik di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, Helvy juga berhasil mendirikan Forum Lingkar Pena (FLP) yang beranggotakan penulis-penulis muda di Indonesia hingga mancanegara. Ia juga tergabung dalam Dewan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka dan Anggota Ahli Majelis Sastra Asia Tenggara. Helvy pun merupakan pendiri dan pengelola Teater Bening di UI, Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Hasilkan Karya) yang telah tersebar di berbagai kota di Indonesia, dan Woman Literacy Foundation, serta pernah menjadi redaktur dan pemimpin redaksi majalah Annida.

Tak hanya itu, ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris dan Anggota Komite Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Anggota Komisi Seni Budaya Islam dalam Majelis Ulama Indonesia. Saat ini Helvy Tiana Rosa menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam MUI, serta menjadi dosen di program studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta.

Karya-karya Helvy Tiana Rosa merupakan bentuk kepedulian atas isu-isu sosial dan spiritual yang terjadi. Pesan dan kritik di dalam karyanya secara tersirat disampaikan kepada para pembaca atau khalayak umum yang juga memiliki keberagaman status sosial dan pemikiran yang berbeda-beda untuk membuka kesadaran akan pentingnya membantu sesama.

Beberapa karyanya termasuk dalam judul puisi di atas menggambarkan kritik sosial yang terdapat di dalamnya terkait dengan latar belakang dari pengarang terhadap karyanya dalam menanggapi isu sosial melalui aspek kemanusiaan, aspek sosial-politik, dan aspek sosial-ekonomi dari problematika yang tengah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun