Mohon tunggu...
Nuzulul Nasoihul
Nuzulul Nasoihul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan Lupa Bersyukur

Melupakan adalah proses, Tapi ingat kembali adalah hasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akulturasi Budaya

29 April 2021   04:13 Diperbarui: 29 April 2021   04:34 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, ras dan suku bangsanya, kebudayaannya juga beberapa keanekaragaman lainnya yang menjadi icon tersendiri disetiap wilayah yang berbeda. Sebagian dari kita, mungkin sempat berpikir kalau suatu adat istiadat ataupun budaya didalam satu wilayah kebanyakan memiliki segi kemiripan atau benar-benar sama mungkin? 

Akan tetapi jika kita lebih sering membaca terkait keanekaragaman bangsa ini, kita akan dikejutkan dengan banyaknya kebudayaan atau adat istiadat yang mana sekalipun tempat dan wilayahnya sama tetapi kebudayaan dan adat istiadat masyarakatnya cenderung sangat berbeda. Hal ini bisa jadi sebuah fenomena dikalangan anak-anak muda saat ini terutama bagi mereka yang selama ini lebih cenderung terpengaruh oleh arus globalisasi dan modernisasi. Sehingga sebagian dari mereka atau mungkin juga kita sempat beranggapan bahwa keaneka ragaman yang ada di negara ini tidak jauh berbeda dengan yang ada dinegara lain.

Kebudayaan adalah suatu hal yang identik dengan aktivitas masyarakat disuatu tempat pada umumnya. Hal ini menjadi sebuah objek tersendiri yang kemudian menjadi ciri khas bagi masyarakat atau wilayah tempat diterapkannya kebudayaan tersebut. Kebudayaan muncul dari beberapa faktor yang melatar belakangi keberadaannya di suatu tempat, Misalnya faktor keturunan atau warisan nenek moyang, Faktor Akulturasi atau perpaduan kebudayaan dengan budaya lain, juga faktor-faktor keadaan lainnya yang memicu masyarakat untuk mengakui suatu hal atau kebiasaan tersebut menjadi budaya mereka sendiri. 

Biasanya kebudayaan juga identik dengan suatu anggapan yang mana hal tersebut dianggap sakral atau memiliki segi makna tersendiri disetiap wilayahnya. Berbicara mengenai budaya dan adat istiadat masyarakat tidak akan lepas juga dari sebuah kata peradaban. Dimana peradaban adalah suatu masa atau era kehidupan manusia yang kerapkali berubah seiring dengan berjalannya waktu dan bergantinya zaman. Sehingga faktor inilah yang memicu tetap ada dan tidaknya suatu adat-istiadat dan kebudayaan di setiap daerah. Sebab dari sekian kebudayaan yang ada dibeberapa daerah di Indonesia semakin lama cenderung dialihkan kedalam budaya kebarat-baratan oleh masyarakatnya sendiri.

Beralih kedaerah selatan Kab. Malang, salah satu kebudayaan yang kerap diperingati atau dilaksanakan oleh masyarakat setempat adalah Grebeg Suro. Dari namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi kalangan teman-teman keturunan suku jawa, karena suro sendiri sering kita temui dalam setiap pembahasan nama bulan dalam kalender jawa. Pada awalnya Grebeg Suro hanya dapat ditemui dibeberapa tempat saja, sebab di tahun-tahun sebelumya peringatan atau perayaan yang dilakukan oleh masyarakat lebih sering jatuh dibulan Agustus atau yang lebih kita kenal dengan perayaan karnaval untuk memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia. 

Akan tetapi seiring dengan berubahnya tanggal di setiap tahunnya, karnaval yang kerap kali di rayakan oleh masyarakat cenderung semakin berkurang. Hal ini terjadi karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dalam acara tersebut juga banyaknya desa yang cenderung merayakan karnaval itu sendiri, misalkan desa A meraayakannya sendiri kemudian Desa B juga ikut merayakannya juga. 

Sehingga dari hal-hal semabcam inilah kemudian muncul inisiatif dari mayarakat sendiri untuk kemudian merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang kebetulan juga jatuh tepat pada bulan Suro dalam kalender jawa. Berbeda dengan acara-acara karnaval pada umumnya yang lebih mengarah ke kreatifan masyarakat misalkan menggambarkan atau memperlihatkan era-era perjuangan bangsa Indonesia, Grebeg Suro lebih cenderung mengarah ke aktivitas sehari-hari masyarakat di desa itu sendiri.  

Masyarakat seolah-olah memperlihatkan gaya kehidupan yang ada di pedesaan pada umumnya dengan penampilan ala-ala petani. Selain itu, Grebeg Suro sendiri memiliki ciri khas tersendiri dimana orang-orang yang turut serta dalam acara tersebut menampilkan suatu bentuk gotong royong masyarakat desa dengan membawa hasil panen mereka berupa polo pendem, umbi-umbian dan buah-buahan yang disusun menyerupai tumpeng dengan ukuran yang sangat besar. 

Jika kita telaah lebih jauh lagi, ternyata serangkaian acara Grebeg Suro sendiri juga bertujuan untuk menyambut datangnya bulan Muharram sekaligus sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas dilimpahkannya rahmat juga rezeki berupa hasil panen mereka yang berlimpah ruah. Acara Grebeg Suro sendiri biasanya diperingati di balai desa setempat yang mana sebelum tumpeng -tumpeng yang dibawa oleh warga dibagi-bagikan terlebih dahulu tumpeng-tumpeng terseebut diarak oleh warga mulai dari punden (pesarean leluhur di desa itu) menuju ke balai desa yang kemudian menjadi titik puncak selesainya acara kegiatan Grebeg Suro ini.

Tidak terlepas dari penjelasan singkat mengenai Grebeg Suro di atas, biasanya acara tersebut diperingati pada pertengahan bulan Muharram. Selain itu acara Grebeg Suro sendiri identic dengan perwujudan sikap toleransi dan gotong royong antar warga. Serangkaian acara ini pertama kalinya terinspirasi dari fenomena atau acara arakan ogoh-ogoh yang menjadi budaya orang-orang bali, hingga akhirnya karena latar belakang kepercayaan yang berbeda dengan masyarakat sana, orang-orang didaerah sini mayoritas beragama islam sehingga arakan seperti yang dilakukan orang bali tetap lakukan akan tetapi ogoh-ogoh yang diarak diganti dengan hasil panen warga. 

Acaranya pun dimulai dan ditutup dengan do'a yang biasanya dipimpin langsung oleh kepala desa setempat atau tokoh agama di desa ini sendiri. Terlepas dari pembahasan hal diatas, Grebeg Suro sendiri bisa dikatakan sebagai suatu bentuk Akulturasi dari kebudayaan yang ada di pulau Bali. Karena dari segi artinya saja, Akulturasi sendiri perpaduan dua budaya yang berbeda menjadi satu kebudayaan tanpa menghilangkan unsur kebudayaan lamanya. Sehingga dengan adanya budaya-budaya seperti inilah kekayaan Indonesia dan budaya di Indonesia yang beragam akan tetap terjaga dengan baik sampai anak cucu kita kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun