Covid-19 memengaruhi berbagai sektor di masyarakat, baik kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Tidak bisa dipungkiri, di masyarakat pedesaan yang sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai petani juga sangat terdampak atas adanya pandemi ini. Salah satunya adalah ketidakstabilan harga hasil panen tembakau di Dukuh Ngiri, Desa Karangawen, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak.
Salah satu petani tembakau asal Dukuh Karangawen, Suratman (46) mengatakan, "memasuki awal  Agustus, harga tembakau di tingkat petani semakin menurun dibandingkan dengan tahun-sebelumnya. Jika sebelumnya bisa mencapai harga Rp. 50.000,- per kilo, akhir-akhir ini hanya mencapai sekitar Rp. 30.000,- per kilo." Karangawen, 13/08/2021
Pada masa awal panen bulan Agustus 2021, harga tembakau Rp. 20.000,- , petikan selanjutnya Rp. 25.000,-, petikan ketiga Rp. 30.000,-. Sempat harga mencapai Rp. 50.000,- per kilo, tapi saat ini harga kembali turun di angka Rp. 35.000,-.
"Jika harga tembakau masih di kisaran Rp. 30.000,- maka petani akan merugi, sebab nilai itu belum bisa menutup biaya produksi, mulai dari mencangkul, menanam, memupuk, menyirami, dan lain sebagainya." Lanjut pria yang akrab disapa Pak Man ini.
Ia berharap harga tembakau kembali seperti tahun-tahun sebelumnya supaya bisa menutup biaya produksi sekaligus mendapat keuntungan untuk biaya hidup ia dan keluarganya. "Ya paling tidak di harga Rp. 50.000,- syukur-syukur lebih, biar bisa nutup modal sama buat biaya hidup." Pungkasnya.
Nuzulul Ismi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H