Namanya Fillah. Umurnya baru 10 tahun. Sekarang masih di halaqoh 3. Meskipun sudah kelas 4. Halaqoh itu tingkatan untuk hafalan. Dia dulu masuk pondok belum punya hafalan. Bacaan Quran juga masih belepotan. Fillah anaknya lucu. Kalau tertawa sampai keluar ingusnya. Terus matanya lebar dan bundar. Kalau malam bisa bersinar. Kayak mata kucing.
Anak-anak suka menggodanya. Sebab anaknya lucu sekali. Asalnya dari Kendari. Abinya jadi ustadz. Tapi katanya di rumah punya bebek banyak sekali. Kalau bertelur, telurnya dijual sampai ke kota jauh. Fillah tidak suka sama bebek. Dulu waktu kecil burungnya pernah dipatuk. Sampai sekarang kalau lihat bebek mendekat, dia langsung kabur.
Fillah punya 2 adik. Masih kecil-kecil dan belum sekolah. Uminya kerja di rumah. Mengajar untuk adiknya sambil menjahit. Kemarin kami sempat diberi hadiah baju gamis. Punyaku pas. Sedangkan punya Amar dan Dani kekecilan. Mereka badannya gendut. Perutnya besar. Oh ya, satu kelas kami berjumlah 15 anak. Kalau satu halaqoh jumlahnya 6 anak. Ada juga yang 7 anak.
Kemarin kami punya cerita yang lucu. Ceritanya Fillah jatuh waktu sepak bola. Kata ustadz, karena sepak bolanya tidak pakai ijin, begitulah akibatnya. Waktu pelajaran hadis Fillah ijin ke belakang. Seperti biasanya, setiap pelajaran yang sulit, pasti ijin ke belakang. Sering ijin sampai-sampai para ustadz hafal dengan tabiatnya.
Jdar.. jder..jduk... dari kejauhan terdengar suara bola ditendang. Ustadz bertanya pada kami. Apakah Fillah sudah masuk kelas kembali? Teman-teman semua geleng-geleng. Lalu kata ustadz, anak nakal itu pasti akan diberi balasan yang setimpal oleh Alloh. Bisa nanti pelajarannya tidak paham-paham. Tentu saja kalau ujian pasti nilainya jelek. Nakal bisa menjadi bodoh. Bisa juga menjadi malas. Makanya anak pemalas biasanya berteman dengan anak yang bodoh. Begitu kata ustadz.
Duukkk! Huaaaaa..... Tiba-tiba kami dikejutkan dengan suara benda jatuh. Ditimpa suara jerit tangis melengking. Spontan kami berhamburan keluar kelas. Ustadzpun demikian. Dengan tergopoh-gopoh kami berlari ke arah asrama. Kebetulan ruang kelas kami jaraknya Cuma 50 meter dari asrama.
Kami lihat Fillah duduk meringkuk sambil memegangi kelapanya. Eh, kepalanya. Segera ustadz mendekati dan mengelus-elus kepalanya. Kami lihat ustad geleng-geleng kepala. Penasaran kami ikut mengerumuni mereka. Setelah telapak tangan ustadz dibuka. Astaghfirullah... kami semua setengah kaget sambil beristighfar. Benjolan sebesar telur bebek menempel di dahi Fillah. Warnanya ungu kehitam-hitaman.
Sedih. Sekaligus juga lucu. Melihat wajah Fillah seperti badut. Hi..hi...hi.... Ah, tidak boleh ya mentertawakan teman yang sedang kesusahan. Secepat kilat, ustadz menggendongnya dan segera membawa ke ruang perawatan P3K pondok. Kami akhirnya tak kuat menahan tawa akhirnya.
Itulah makanya, jadi anak tidak boleh bohong. Kalau bahong nanti bisa benjol. Ha...ha...ha...
-----------------------------------------------------------
(seperti penuturan ananda 'Aqil kepada penulis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H