Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis biasa.

hamba Alloh yang berusaha hidup untuk mendapatkan ridhoNya. . T: @nuzululpunya | IG: @nuzulularifin

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Masjid Kedamaian dalam Keberagaman Itu Dirajut

30 Mei 2019   22:11 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Taz, ini titipan dari Bu Ketty dan Mbak Ririen," satu kardus kurma disodorkan kepada saya.

"Ya, terima kasih. Sampaikan salam kami untuk beliau ya!"

"Siap, Taz." Cak Zainul, tukang becak jamaah masjid kami itu segera berlalu.

Seperti tahun lalu dan tahun sebelumnya. Keluarga Bu Ketty ini selalu memberikan donasi. Baik berupa uang. Terkadang makanan kecil untuk iftar. Ramadan kali, sudah dua kardus kurma yang dikirimkan.

Sebagaimana Koh Liek. Biasa mengirimkan air mineral gelas. Baik di bulan Ramadan maupun di bulan yang lain. Ini sudah berlangsung lama. Kebiasaan ini sekarang dilanjutkan oleh adiknya.

Inilah wajah masjid kami. Saat banjir besar di awal tahun 2000-an. Kami menampung warga yang terkena musibah. Tak pandang ras, suku, maupun agama. Hal inilah rupanya yang cukup membekas di hati.

Hingga keluarga Bu Ketty dan puterinya. Keluarga Koh Liek menjadi begitu dekat dengan kami. Meskipun mereka memiliki keyakinan berbeda. Tak menghalangi untuk berkarya bersama dalam hal muamalah (sosial).

Kami berkeyakinan. Masjid akan menjadi menara suar bagi kerukanan umat. Masjid menjadi 'rumah berteduh' bagi siapa saja yang membutuhkan. Membangun semangat saling bekerja sama. Menebarkan bibit-bibit perdamaian dan rahmatan lil 'alamin. Rahmat bagi seluruh alam.

Tak mudah di awalnya memang. Ada pro dan kontra saat menerima donasi. Dari mereka yang berbeda keyakinan. Namun dengan penjelasan yang gamblang. Sekaligus berkaca dari peristiwa besar musibah tadi. Semua akhirnya luruh.

Proses panjang itu kini terasa indah. Isu-isu negatif yang berhubungan dengan SARA. Sedini mungkin dapat kita selesaikan secara bersama. Merawat suasana dialogis dalam keberagaman. 

Bulan Ramadan bisa menjadi jembatan. Bagi siapa saja yang mau berjalan bersama. Mendidik jiwa-jiwa sosial kita. Menumbuhkan semangat saling saling asah, saling asih, dan saling asuh. Kepada siapa saja. Tanpa pandang bulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun