Menempatkan diri dan hati pada posisi yang benar. Melakukan tindakan-tindakan yang penuh perhitungan. Untuk menjawab tantangan dan melalui ujian tersebut. Meski terkadang hasil yang diperoleh tak selalu seperti apa yang kita harapkan.
Terbukti Allah Ta'ala sampai 100-an kali mengucabkan 'sabar' dalam Al-Qur'an. Dalam pengertian sabar yang baik dan sabar yang bersyukur. Sabar yang baik adalah kita mampu menghadapi ujian buruk. Berupa kemiskinan, musibah, serta permusuhan.
Adapun sabar yang bersyukur adalah tetap istikomah dalam kebaikan. Tak mudah terpancing ajakan nafsu. Yang akan memalingkan ketaatan kita kepada Allah Ta'ala (kemaksiatan). Tetap bersabar dalam kesyukuran atas segala nikmat yang telah dilimpahkan. Serta dapat menjauhi dari larangan-larang yang telah ditetapkan.
Nah, dari tulisan singkat saya ini tentu Anda dapat menyimpulkan bukan? Bagaimana seharusnya kita dapat mengatur amarah. Menyandingkannya dengan kesabaran dalam menghadapi semua ujian dan masalah hidup. Sebab betapa sia-sianya puasa kita. Bila kita gagal untuk menahan diri. Meluapkan nafsu amarah. Padahal Allah Ta'ala membencinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H