Bulan Ramadan kini menjadi bulan yang unik. Bulan belanja-belanja. Demikian yang sering kita lihat. Mungkin kita sendiri mengalaminya.
Entah itu untuk kebutuhan pribadi. Kebutuhan keluarga. Atau untuk kebutuhan sosial. Sebab di bulan yang penuh pahala ini. Nilai pahala infak, sedekah, serta zakat (maal), dilipatgandakan.
Mau tak mau. Terkadang kita harus 'menguras' simpanan kita di bank. Kemajuan teknologi membuat menarik uang begitu mudah. Â Selain menggesek kartu ATM. Kini untuk menarik atau mentransfer uang. Bisa dilakukan dengan cara: sms banking, mobile banking (m-banking) maupun internet banking (i-banking). Cara terakhir ini kita gunakan terutama saat belanja 0nline.
Kisah Kejahatan Perbankan
Cerita penipuan perbankan tentu sudah banyak kita tahu bukan? Baik dilakukan secara konvensional. Maupun dengan cara yang canggih. Hampir tiap hari kita baca di media massa, media daring, maupun media sosial.
Penipuan dapat dilakukan dengan berbagai modus. Mulai dari penipuan menggunakan struk palsu. Undian berhadiah. Aktivasi ATM. Hingga phising.
Jual beli daring. Sangat rentan dengan penipuan bukti struk transfer palsu. Sebagaimana sering kita jumpai di situs jual beli daring. Dimana sang pembeli mengirim bukti struk transfer. Namun sang penjual merasa belum terima duitnya. Sehingga barangpun tidak/belum dikirim.Â
Memang cukup rentan transaksi jual beli daring. Baik bagi pembeli maupun penjual. Oleh karena itu, kredibilitas toko daring cukup menjadi jaminannya. Apalagi jika menyediakan rekening bersama. Tentu ini akan lebih aman dan nyaman.
Tapi tak semua pembeli paham. Pengalaman akan menumbuhkan kewaspadaan. Apalagi jika transaksi dengan nominal yang besar.
Pun seperti yang saya alami sendiri. Saat melakukan tarik tunai di satu anjungan tunai mandiri. Betapa kagetnya. Uangnya ternyata tinggal beberapa ratus ribu saja. Padahal saat cek via m-banking. Saldo masih tersisa sekitar 4 juta sekian rupiah.
Kaget. Pasti lah. Sebab baru sekali ini mengalami kejadian seperti ini. Langsung telepon ke layanan call center. Permohonan untuk proses blokir. Sembari coba cek via m-banking. Ternyata memang terdapat transaksi mencurigakan. Sebab saya merasa tidak melakukan transaksi tersebut.
Singkat cerita. Langsung saja menuju bank penerbit ATM. Melaporkan kejadian yang tengah saya alami. Setelah petugas mencetak riwayat transaksi. Saya membuat laporan tertulis. Menyampaikan 2 transaksi mencurigakan. Dengan durasi waktu yang tidak lama.
Selanjutnya petugas meminta saya untuk menunggu 3 x 24 jam. Tentu saja dengan rekening yang diblokir sementara. Atas permintaan saya tentu saja.
Sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Saya diminta kembali datang ke bank. Kemudian petugas menyampaikan permohonan maaf. Sesuai dengan data yang dimiliki bank. Semua transaksi dilakukan dengan wajar. Artinya tidak ada kejanggalan dalam penarikan tersebut.
Selanjutnya petugas meminta saya untuk mengingat-ingat sesuatu. Pada hari dan jam sebelum transaksi. Apakah saya melakukan transaksi perbankan melalui m-banking atau i-banking? Saya pun teringat. Bahwa saat melakukan transaksi saya menggunakan jaringan wifi milik hotel. Tempat saya menginap.
HIndari Transaksi Elektronik Perbankan Menggunakan Jaringan Internet Terbuka!
Dan...mbak-mbak petugas itu pun 'mendongeng'. Transaksi pribadi perbankan via m-banking atau i-banking cukup rawan. Bila dilakukan menggunakan jaringan internet terbuka. Jaringan wifi yang siapa saja bisa mengakses. Kemungkinan besar, data akun saya sudah terkena malware.
Satu kecerobohan yang terlihat sepele. Tapi akibatnya sepala. Pedas dan panas. So...
Jangan sekali-kali mencoba gunakan jaringan internet terbuka! free wifi. Saat Anda lakukan transaksi perbankan via m-banking atau i-banking. Bukan mencari untung karena praktis. Malah bisa buntung. Seperti pengalaman yang saya alami.
Menjamurnya kafe-kafe. Atau fasilitas umum yang memberi fasilitas free wifi. Tentu kesempatan tak akan disia-siakan. Oleh mereka yang berbuat jahat. Dengan 'mengintip' transaksi perbankan yang kita lakukan. Apalagi di bulan Ramadan seperti ini.Â
Lebih baik kehilangan puluhan ribu rupiah. Untuk membeli kuota internet. Daripada kehilangan jutaan rupiah. Gara-gara mencari internet gratisan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H