Di bawah langit malam cerah, kupandangi satu bintang kecil. Mentereng kilaunya. Ialah altar. Ialah singgasana hatiku yang kau tawan dalam seribuan mata pisau perih luka membiru. Mengigit kerikil dalam otakku. Memberangus kulit-kulit lilinku. Semerbak alkohol dan kemabukan-kemabukan tak keruan bersemayam. Ialah asap. Ialah deru dan degup jantung yang dipisah laut luas dan gunung berapi bersama anak-anaknya.
Tapi, kau pun tahu. Aku jelas tahu. Napasmu, ialah napasku. Tubuhku ialah tubuhmu. Baikku ialah baikmu, dosa-dosa bertabur jadi benih kasih. Pahala terkabur nafsu berhala. Napasmu ialah napasku.
Kepada Ikna, tinggi di atas awan. Entah di mars andromeda, atau kahyangan. Tunggu aku, tunggu aku...tunggu aku runtuhkan neraka itu.
Stabat, 14 Maret 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI