Ternyata itu terbukti benar. Menurut saya cover cukup sesuai dengan lagu-lagu yang mereka tawarkan. Lirik-lirik mengangkat kisah kehidupan modern, dan beberapa kali kita kerap mendengar kata "car" atau mobil di dalam album ini.
Jika kita melihat ke belakang, Arctic Monkeys selalu menawarkan suara baru lewat album-album mereka. Seakan dengan mendengarkan album-album mereka secara berurutan kita dapat melihat evolusi musikal mereka secara bertahap dan tidak terkesan abstrak.Â
Saya menganggap bahwa, album TBHC (2018) adalah bentuk revolusi. Sebuah persimpangan yang seperti mengatakan pada para pendengarnya, bahwa "kami adalah band yang sudah dewasa, bukan lagi remaja indie rock yang menghadirkan percintaan ala britpop."Â
Dengan konsep yang matang, pertunjukan pentas yang mewah dengan sebuah mirrorball, mereka menghadirkan nuansa disko di atas pentas. Memang pertunjukkan live mereka tidak pernah gagal menghibur.Â
Meski saya sendiri belum pernah melihat mereka secara langsung, tetapi saya dapat merasakan bahwa Arctic Monkeys adalah sebuah band yang perfeksionis. Mereka selalu memperhitungkan segala hal, aksi panggung, konsep panggung, dan album yang selalu tematik.Â
Saya merasa album ini adalah album yang akan dimainkan di hotel Tranquillity Base. Saya merasa ada kesinambungan di sana, di mana Alex Turner di album TBHC adalah bapak-bapak yang tengah menghadapi midlife crisis, kini ia adalah bapak-bapak yang sudah menerima hidup begitu adanya dan sudah punya mainan yang baru dengan bernyanyi di lounge hotel bersama para tamu-tamunya setiap jumat malam.Â
Album ini cukup seru dinikmati seorang diri, sambil mengerjakan tugas, membaca buku, ataupun memasak. Jadi dengan album yang tidak se-energik album pertama, tidak se-sexy album AM (2013), tidak se-mewah dan se-melankolis album TBHC (2018), Alex Turner mengatakan:Â
"So do you wanna walk me to the car?
I'm sure to have a heavy heart
So can we please be absolutely sure