Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kompasiana Menghilangkan Ketakutan Saya untuk Bikin Blog

20 Agustus 2021   19:39 Diperbarui: 20 Agustus 2021   19:45 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel (versi revisi) saya yang melanggar ketentuan Kompasiana.

8 Juli 2021, saya menetapkan sebuah keputusan yang tak pernah saya sesali, untuk membuat akun Kompasiana. Selepas sekian lama saya mencari wadah untuk otak dan hati saya yang selalu berkomentar ketika mendengarkan musik.

Saya sudah mencoba ke Kaskus, dan ya saya pernah menuliskan satu artikel di sana, tetapi bagi saya menulis di sana repot. Hipwee lebih lebih merepotkan, yang mengharuskan penulisnya untuk mengisi kolom-kolom. Ada kolom subtitle, paragraf pembuka, kutipan, minimal 5 listicle baru, benar-benar membingungkan buat saya. Tetapi bukan berarti saya menyudutkan Hipwee, saya aja yang keduluan tidak menyukai format penulisannya, toh banyak kok penulis-penulis yang konsisten dengan artikel yang menarik di Hipwee.

Melalang buana dari Kaskus, Hipwee, IDN Times, akhirnya saya menemukan Kompasiana. Dua alasan yang saya senang dengan Kompasiana: Satu, simple, sangat simple. Cukup mengisi kategori, judul, isi, secuil informasi mengenai artikel, tag (sepertinya ini additional), dan tayangkan. Tunggu satu menit, kita bisa langsung membacanya dan tahap terakhir, yang paling saya tunggu-tunggu, menikmati perasaan yang muncul setelah menuliskan sesuatu.

Kedua, saya bisa melihat berapa orang yang membaca tulisan saya. Sebenarnya itu kebiasaan yang buruk, berharap tulisan kita dibaca orang. But hey, bukankah itu yang menjadi alasan kita di sini?

Di akhir segalanya, yang mana saya yakin Kompasianer lain juga ada yang sependapat, ini semua bukan tentang like(s) dan view(s). Ini tentang passion, tapi (haha), passion yang tidak dihargai sepertinya menyebalkan (ternyata saya tidak se-idealis itu). Oleh sebab itu saya tidak berani untuk membuat blog saya sendiri dan memilih bermain di sini, ya minimal tulisan saya bisa sedikit dihargai orang. Meskipun cuma dipencet, itu pun jadi kebahagiaan tersendiri (tandanya saya jago bikin judul haha).

Walaupun saya pernah bertanya pada diri sendiri, "apakah orang-orang itu benar-benar membaca tulisan saya?" itu lain cerita, saya tak ingin hal itu membuat saya kehilangan gairah untuk menulis.

Sebenarnya saya sudah tahu Kompasiana 2 atau 3 tahun lalu (saya kaget Kompasiana teryata sudah ada dari 2008). Karena saat itu, saya sedang senang-senangnya membaca artikel sastra dan filosofi, dan itu berlimpah di Kompasiana dan bagus-bagus. Namun kala itu, saya tidak tahu bahwa Kompasiana berisi tulisan warga dan semua orang bisa menulis di Kompasiana.

Sampai suatu ketika, saya benar-benar ingin meluapkan kecintaan saya dengan debut album The Nude Party, "The Nude Party", saya merasa seperti babi hutan. Dengan brutal dan tergesa-gesa mencari wadah untuk menayangkan tulisan itu yang sebenarnya sudah jadi.

Saya pasrah untuk media cetak atau daring karena saya ragu mereka menerima artikel ulasan album, dan memutuskan mencari di gugel dengan keyword: "website untuk menulis apa?", dan terima kasih, saya dipertemukan dengan Kompasiana. Bonusnya saya mengetahui kata: Citizen Journalism.

Bila kamu menyebut saya sebagai orang kuno, technophobe, gaptek, saya tidak marah, bahkan mengakui diri saya kuno dan gaptek. Tapi bukan technophobe. Saya tidak benci teknologi. Saya senang dengan TV model baru, HP baru, konsol game baru, dan lain sebagainya.

Anyway bukan itu yang sebenarnya ingin saya ceritakan di sini haha. Jadi kemarin malam, pertama kalinya tulisan saya di-takedown oleh Kompasiana dengan alasan menayangkan ulang artikel. Saya kaget, pesan itu membuat otak saya ciut. Pasalnya saya paham apabila tulisan saya di-takedown karena menayangkan ulang tulisan lama, baik yang masih ada ataupun sudah dihapus, baik ada perubahan atau tidak. Tapi yang terjadi dengan saya bukan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun