"Galaksi Palapa" berisi lima lagu dengan total durasi 31 menit, membawakan psikedelik yang jauh lebih kental daripada album 2015-nya.Â
"Ekspedisi 69" berdiri gagah sebagai pintu yang akan membuka telinga para pendengar menuju kehitaman serta kemewahan luar angkasa.Â
Terdengar sekilas seperti The Doors tanpa Ray Manzarek dan Jim Morrison, sebab lagu ini hanyalah sebuah instrumental yang saya pribadi mengaku cukup terpesona meskipun tanpa suara gahar vokalis mereka, John Paul Patton.Â
Permainan gitar Rey Marshall di single ini harus saya apresiasi sekali. Permainannya mirip-mirip Jimi Hendrix . Sejauh ini, saya merasa permainan gitarnya dalam "Ekspedisi 69" adalah yang terbaik.Â
Riff yang susah untuk saya jelaskan keindahannya telah berhasil membuat saya merinding acap kali mendengarnya. Dan masih sampai sekarang, membuat lagu ini menjadi lagu favorit saya di album ini.
Dalam "Dusta", permainan bass John Paul Patton sangat "Neraka Jahanam" sekali, dan gitar Rey Marshall sangat "War Pigs", hingga saya merasa mereka seperti memadukan Duo Kribo dan Black Sabbath dalam kemasan yang lebih modern.Â
Formula permainan musik mereka yang tidak monoton membuat setiap lagu dalam album ini seperti mempunyai jiwanya tersendiri. Terlebih dalam "Berita Angkasa", mereka seperti tidak melupakan keliaran yang pernah mereka hadirkan di "Teriakan Bocah".
Saya merasa ada keangkuhan yang elegan dalam "Berita Angkasa", penggalan lirik berita di angkasa, berita gembira, semua terkesima, menyimak berita gembira.
Itu seakan-akan mengatakan kepada para penanti mereka bahwa mereka telah kembali, bagai seorang mahaguru yang bepergian jauh membawa pulang sebuah pesan yang membahagiakan manusia.Â
Sebuah lagu yang tampak seperti penghentian bensin sebelum menyambut "Ironi", lagu "Alfa Omega" tercipta dengan psikedelik yang kental. Meskipun tanpa tabuhan drum, lagu ini terasa yang paling kaya.Â