Di saat itulah penulis sadar, ternyata ini alasan mengapa beberapa orang gemar membaca. Seorang pembaca dapat membangun imajinasinya tersendiri terhadap cerita yang dibacanya.Â
Meskipun membaca kata-kata yang sama, tapi imajinasi yang terbangun di kepala orang berbeda-beda. Ini adalah sesuatu yang tak bisa didapat dari menonton film, dan itu adalah fakta yang sangat spesial dari buku fiksi.
Sederhananya, buku Fear and Loathing in Las Vegas ini bercerita tentang seorang jurnalis tak bertanggung jawab bernama Raoul Duke yang ditugaskan untuk meliput sebuah balapan gurun di Las Vegas.Â
Dengan ditemani oleh beragam jenis narkoba; acid, ganja, mescaline, amyl, kokain, dan beragam pil multi-warna, serta sebotol rum, tequila, satu pak bir Budweiser, dan Dr. Gonzo (seorang pengacara berdarah Samoan). Mereka pun melakukan petualangan yang cukup menarik dan mengesankan.Â
Mulai dari permasalahan yang muncul ketika dalam perjalanannya menuju Las Vegas hingga ia kembali dari kota penuh dosa itu yang selalu dalam pengaruh obat-obatan terlarang tersebut.
Dahulu mungkin saya bertanya-tanya, 'mengapa masih ada saja hingga kini orang-orang yang kecanduan akan narkoba?' dan jawaban itu saya temukan dalam buku ini.Â
Dan bila suatu hari pertanyaan itu didatangkan oleh seseorang kepada saya, maka saya akan menganjurkannya untuk membaca buku ini dan mengilhaminya sendiri.Â
Tetapi apakah saya tertarik pada obat-obatan tersebut? Tentu saja tidak, jujur saja, psikedelik yang ada di dalam buku ini dijelaskan dengan teramat mengesankan, menyenangkan, menggugah hati untuk ikut mencobanya, sungguh jauh di luar nalar saya membayangkan akan efek narkoba sebelum membaca buku ini.Â
Tetapi, ucapan Rocky Gerung yang berbunyi, "wanita itu indah sebagai fiksi dan berbahaya sebagai fakta," tampaknya juga berlaku pada kasus ini. Saya merasa, bila ingin merasakan efek obat-obatan terlarang, cukup dengan membaca buku ini saja, dan pembaca bisa membayangkannya sendiri.
Terlepas dari isinya, buku ini ditulis dengan cukup baik oleh Hunter S. Thompson. Bahasa yang sederhana, meskipun terkadang penulis harus membuka kamus bahasa Inggris hanya untuk memahami beberapa katanya yang tak penulis ketahui.
Tetapi secara keseluruhan, gaya penulisannya cukup menghibur, tidak formal, terlebih adanya bahasa kasar yang dimunculkan dalam beberapa percakapan dan narasi membuat saya  merasa sosok Hunter S. Thompson ingin mendekatkan dirinya kepada pembaca dengan cara penyampaian emosi yang lebih terbuka, dan tak kaku.