Mohon tunggu...
Nuzul Aviani
Nuzul Aviani Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang ibu rumah tangga yang sangat berminat pada dunia membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dead Poets Society

17 Januari 2010   22:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:24 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul                : Dead Poets Society Penulis             : N.H. Kleinbaum Penerjemah      : Septina Ferniati Penerbit           : Jalasutra

Sebuah novel yang merupakan adaptasi dari film dengan judul yang sama Dead Poets Society karya Tom Schulman. Pada waktu film ini diputar di bioskop saya tidak sempat melihatnya, tapi saya membaca resensinya di majalah Tempo. Isinya sangat menarik menceritakan tentang seorang guru yang telah memberi “warna” dan inspirasi kepada murid-muridnya melalui puisi.

Novel ini menceritakan tentang sekelompok anak muda yang sedang menempuh pendidikan di sekolah swasta yang terkenal dengan kedisiplinan tinggi dan tradisi yang dipegang teguh .

Mereka menjalani rutinitas yang ketat dan teratur cenderung kaku dan membosankan. Hingga datang seorang guru Bahasa Inggris baru dengan segala keunikannnya dalam mengajar.

Dengan gayanya yang sangat berbeda dengan guru lainnya di sekolah tersebut, guru Bahasa Inggris ini mengajarkan puisi dengan cara yang sangat menarik perhatian para murid. Jhon Keating sang guru baru tersebut mengenalkan mereka tentang keajaiban kata-kata dan pentingnya membuat setiap keadaan jadi bermakna. Melalui syair-syair indah karya Shelley, Whitman, Keats hingga Tennyson, Keating membuat mereka merasakan betapa kata-kata yang indah dapat memberi semangat dan inspirasi yang luar biasa tentang kehidupan.

Keating, seorang guru yang cerdas dengan bijak mengajak para muridnya untuk berani bersikap beda dengan lingkungan sekitar dalam artian positif.

…kebutuhan yang amat besar dari kita semua untuk diterima, namun kalian harus percaya betapa unik atau berbedanya kalian, bahkan jika itu janggal atau tidak popular…”

Ia mengarahkan para muridnya untuk tidak memandang segala hal dari wujud fisiknya semata, tetapi lebih pada sesuatu yang dalam yaitu kemanusiaan.

Melalui kata-kata indah penuh makna dalam puisi, mereka belajar membaca dan memahami dirinya lalu memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya.

Seperti makna yang terkadung dalam puisi karya Whitman:

O, kehidupan yang penuh dengan pertanyaan yang terus muncul,

Tentang rangkaian ketidakyakinan yang tak pernah berakhir, tentang kota yang diiisi dengan kebodohan…

Apa gunanya berada diantara semua ini O kehidupan?

Bahwa kalian ada disini-bahwa kehidupan itu ada dan jati diri itu ada

Bahwa sandiwara yang hebat ini terus berlanjut dan kalian bisa menyumbangkan sebuah syair

* Gambar diunduh dari google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun