Mohon tunggu...
Nuzula Rahmah
Nuzula Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jajahan Mental Lebih Kejam dari Jajahan Fisik, Benarkah?

1 Mei 2018   23:13 Diperbarui: 1 Mei 2018   23:58 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat sulit membedakan antara mental terjajah dengan mental merdeka. Sudahkah mental kalian merdeka? Yang selalu bisa open-minded, berani mengungkapkan pendapat-pendapat yang berlandasakan, bertanggung jawab dan percaya diri terhadap apapun yang dihadapinya. Jajahan dari segi fisik telah dilampaui oleh para pejuang terdahulu yang memperjuangkan hak-haknya untuk menjadi negara Indonesia yang merdeka. 

Negara yang aman, nyaman, tentram, dan sejahtera masyarakatnya tanpa harus ada pemaksaan-pemaksaan yang terikat. Para pejuang di pekerjakan tanpa diupah, mereka diperbudak dan diperas tenaganya.

Negara Indonesia telah merdeka sejak 72 tahun yang lalu, begitu keras perjuangan orang terdahulu untuk meminta hak-hak yang seharusnya didapat dan diseimbangi dengan kewajiban-kewajiban berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaannya itu.

Di abad-21 sekarang ini, negara Indonesia sedang dijajah secara mental, dimana masyarakat Indonesia lebih suka menjadi seorang pekerja/buruh daripada menjadi pengusaha yang telah dirintisnya sendiri. Pemikiran masyarakat yang kurang objektif terhadap sesuatu sehingga mereka dengan mudahya dijajah secara mental. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penghambat kemajuan dari negara Indonesia.

Bahkan berita terhangat akhir-akhir ini, tentang tenaga kerja asing (TKA) yang ada di Indonesia. Secara tidak langsung, hal tersebut merupakan sebuah penjajahan secara mental. Kita tidak akan mengetahui apa motif mereka selanjtnya meskipun terdapat pada peraturan perundang-undangan. Tenaga kerja Lokalpun masih banyak yang penggangguran, seharusnya tenaga kerja lokal yang disejahterahkan terlebih dahulu.

Bagaimana dengan adanya mahasiswa di perguruan tinggi era ini? Sudah pantaskah disebut sebagai mahasiswa? Mahasiswa yang selalu siap menghadapi jajahan apapun yang datangnya tiba-tiba. Memfilter sesuatu yang berbau negatif. Seorang mahasiswa di kalangan desa atau daerah terpelosok dianggap sebagai orang yang berpendidikan, orang yang sangat dihormati akan ilmunya. 

Apalagi mahasiswa tersebut merantau jauh dari kampung halaman untuk menuntut ilmu di kota orang. Mahasiswa sebagai orang terdidik dari segi intelektual, akademisi, dan pengalaman yang luas. Harapan-harapan masyarakat digenggaman para mahasiswa yang berjiwa muda. Semangat juang para pemuda-pemuda yang seharusnya tak perlu diragukan lagi, tapi nyatanya?

Penjajahan mental! Pelan tapi pasti, yang tak tampakpun tapi terjadi. Mudah bersilat lidah dengan kata-kata manis diujungnya. Tidak ada landasan sebagai pedoman dalam berucap. Pandai berucap sekedar mangap-mangap. Mudah menjatuhkan, menuduh, memaki orang lain tapi tak ada bukti yang pasti. Sudahlah! Mari kita perbaiki bersama jajahan mental yang merajalela. Berpikiran positif, berbicara yang positif dan siap berkontribusi nyata yang mengarah pada hal positif.

1st May - Happy Labor day

2nd May  - National Education day

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun