Istilah sociopreneurship adalah istilah yang masih asing kita dengar. Apalagi bagi khalayak umum. Sociopreneurship merupakan gabungan dari dua kata yaitu socio dan enterpreneurship. Socio atau sosial yang berarti  segala hal yang berhubungan dengan masyarakat atau segala sifat kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan umum. Entrepreneurship dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah kewirausahaan. Menurut Eddy Soeryanto Soegoto, entrepreneurship merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang berdasar pada perlakuan kreatif dan inovatif untuk kemudian menghasilkan suatu karya serta memiliki nilai jual, dengan tujuan memberi manfaat bagi orang lain serta mampu membuka lapangan pekerjaan. Dari kedua pengertian di atas, sociopreneurship menggabungkan antara konsep bisnis dengan isu sosial. Secara istilah juga berarti suatu usaha di mana seorang wirausaha menjalankan bisnisnya sekaligus menjalankan kegiatan kemasyarakatan atau kegiatan amal.
Sociopreneur atau orang yang menjalankan bisnis dengan tujuan sosial harus berani mengambil resiko. Kebanyakan bisnis mempertimbangkan untuk mendapatkan profit atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Berbeda dengan sociopreneurship, konsep bisnis ini lebih menekankan pada kegiatan sosial dengan membantu masyarakat. Namun dengan begitu, bukan berarti sociopreneurship mengabaikan keuntungan dalam kegiatannya. Konsep bisnis sociopreneurship tetap menghasilkan keuntungan di mana keuntungan tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk hal positif seperti membantu orang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sociopreneurship yang sudah ada cukup banyak, baik yang bersifat nasional  maupun internasional. Salah satu contohnya ialah Kitabisa.com yang didirikan oleh Alfatih Timur. Bisnis yang didirikan oleh Alfatih ini berbasis crowfunding dengan menyediakan bermacam-macam kampanye donasi transparan untuk penggalangan dana. Penggalangan dana ini digunakan untuk membantu para korban bencana, pembangunan sekolah, membantu masyarakat yang miskin, pengobatan, pendidikan, dan banyak lagi. Contoh lain dari sociopreneurship yang ada di Indonesia adalah WeCare.id, Waste4Change, Du Anyam, dan lain-lain. Ada juga Greeneration Foundation yang berfokus pada pengelolaan sampah dengan memanfaatkan media kreatif dalam konsumsi dan produksi. Kita bisa mendonasikan dana di Greeneration Foundation sebagai bentuk dukungan.
Di zaman sekarang ini tentu  seorang wirausaha memiliki kemampuan. Berbagai usaha mereka lakukan dengan kemampuan masing-masing yang mereka kuasai. Ini bisa menjadi peluang bagi anak muda sekarang ini. Setiap anak memiliki kelebihan dan passion masing-masing, apabila anak atau orang tua bahkan guru mengatahui dan menggali kemampuan ini serta mampu memberikan ruang bagi anak untuk berkembang, ini bisa menjadikan anak memahami kemampuan yang ada pada dirinya. Sehingga anak bisa mengembangkan kemampuannya baik secara pribadi atau melalui lembaga yang telah ada. Lebih khusus lagi bagi muslim muda, islam mengajarkan untuk terus berusaha dan pantang menyerah. Allah SWT  juga bersabda dalam surat al-Insyiroh bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Ini yang dijadikan motivasi bagi muslim muda untuk meningkatkan kreativitas mereka. Dan juga untuk mengembangkan kemampuan mereka di dunia bisnis.
Dalam islam, bisnis merupakan kegiatan usaha yang berpatokan pada aturan syariat atau mengacu pada al-qur'an, hadis, atau ijma'. Hal ini bukan berarti suatu bentuk pengekangan apalagi suatu bentuk keterbatasan dalam berbisnis. Syariat dalam islam yag dimaksud pun akan membawa kemaslahatan. Seorang wirausaha muslim muda secara otomatis pasti juga akan menggambarkan tentang agama islam. Hal tersebut bisa dilihat dari cara berpakaian, akhlak, sistem bisnis yang dipakai, perilaku dalam menjalankan bisnis, pemikiran, dan lain-lain. Sehingga anak buah atau pekerja yang ada di bawahnya akan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh atasannya. Oleh karena itu, sebagai muslim muda yang memiliki jiwa bisnis atau sudah memiliki usaha harus bisa menempatkan diri layaknya sorang muslim yang baik. Karena islam mengajarkan kebaikan dan membawa yang baik. Sebagai muslim juga memiliki jiwa sosial yang tinggi, sehingga akan tumbuh kasih sayang dan sikap saling tolong menolong sesama umat islam maupun terhadap non-muslim.
Sociopreneurship tidak jauh berbeda dengan kegiatan bisnis pada umumnya, hanya saja lebih menekankkan pada kegiatan sosial. Hal-hal yang terjadi dalam kegiatan ini juga tak jauh berbeda, seperti  tukar menukar, jual beli, produksi dan  memasarkan, bekerja dan memperkerjakan, serta interaksi antar manusia lainnya. Tentu dalam bisnis tetap  memperoleh keuntungan, namun keuntungan tersebut akan digunakan untuk kepentingan sosial. Dan dalam kegiatan tersebut, sengaja atau tanpa sengaja seorang muslim telah memperkenalkan islam pada orang lain. Sehingga orang yang dibantu dalam kegiatan tersebut akan merasakan bahwa islam adalah agama yang penuh kasih sayang. Kebanyakan sasaran dari kegiatan ini adalah orang yang kurang mampu dan memiliki keterbatasan. Atau bisa juga keuntungan dalam bisnis sosial ini disalurkan ke dalam dunia pendidikan. Dari hal tersebut juga akan mempengaruhi pengakuan non-muslim terhadap islam sebagai agama Rahmatan lil-'alamin. Tidak sampai situ saja memalui sociopreneurship bisa memperkenalkan islam pada dunia dan memperlihatkan bahwa islam adalah agama yang benar dan menjujung tinggi nilai sosial serta mampu berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan Indonesia. Dengan entrepreneurship berarti memajukan Indonesia dan agama Islam melalui bisnis dan sosial.   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H