Suasana  antusias nampak terlihat pada wajah-wajah undangan hingga hadirin yang mendatangi acara Pameran dan Pengumuman Pemenang Kompetisi Internasional Triennial Seni Grafis VI (Triennial)  Bentara Budaya hari Rabu 24 April 2019 yang diadakan di Bentara Budaya Jakarta.
Tentunya tak terkecuali saya, yang memaksakan diri untuk hadir, menembus hujan dan radang tenggorokan yang melanda badan, akibat cuaca saat ini yang tidak menentu. Â
Acara ini sangat istimewa karena sudah sangat dinanti-nantikan oleh para  pegrafis. Hal ini disebabkan karena acara  Triennial  hanya dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.Â
Acara Triennial diadakan pertama kali pada  tahun 2003, bagi negara Indonesia saja dan kemudian setiap tiga tahun sekali diadakan kembali.
Menariknya sejak tahun 2015 peserta tidak hanya datang dari negara Indonesia, namun meliputi negara-negara internasional seperti antara lain Mesir, Peru, Serbia, Jepang, Italia, China, Amerika Serikat dan lain-lain.
Acara Triennial 2019 ini sendiri diikuti oleh 317 karya dari 166 pegrafis yang berasal dari 26 negara. Tercatat negara-negara peserta kali ini meliputi Argentina, Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Nepal, Bosnia, Brazil, Bulgaria, China, Colombia, Mesir, Perancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Moldova, Filipina, Polandia, Thailand, Korea Selatan, Turki, Serbia, Kroasia, Singapura dan Kanada.
Saya sangat kagum akan antusiasme para pegrafis dari 26 negara ini. Tentunya acara Triennial ini sangatlah bergengsi dan menarik, sehingga mereka tertarik untuk mengikuti. Â
Tak disangka, ternyata para peserta yang mengikuti pun memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Tak heran apabila para jurinya pun berasal dari latar belakang yang sangat beragam dan luas.Â
Terlihat para juri meliputi Ipong Purnama Sidhi (ketua dewan juri dan kurator Bentara Budaya), Ipong juga dikenal sebagai pelukis yang senang menuangkan kritik sosial yang jenaka pada harta, kekuasaan dan kesombongan manusia.Â
Kemudian ada pula Dwi Marianto (penulis buku antara lain Surealisme Yogyakarta, Menempa Quanta mengurai seni), tercatat pula hingga saat ini Dwi Marianto masih menjadi dosen pengajar di ISI Yogyakarta.
Ada pula Edi Sunaryo (perupa dan juga dosen pengajar di ISI Yogyakarta), yang tercatat telah berhasil menjual lukisannya yang berjudul Aku Datang Memenuhi Panggilan-Mu senilai Rp 1.1 milyar.