Mohon tunggu...
triturawan karso
triturawan karso Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati sosial dan lingkungan

Pemerhati masalah sosial dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Strategi ABG Menghadapi MEA 2015

14 September 2014   00:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:46 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Memang saya pengagum anak singkong CT, tapi saya belum baca bukunya, gak papalah yang penting tahu orangnya hehehe. CT bilang Indonesia harus siap menghadapi pasar bebas ASEAN (MEA) 2015. Hal utama yang harus disiapkan adalah meningatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. CT memberikan resep bahwa ABG harus saling bekerjasama, yang dimaksud ABG adalah Akademisi, Bisnis dan Government (pemerintah).  CT mengatakan bahwa Indonesia harus siap sehingga tidak hanya dijadikan pasar tetapi sebagai basis produksi.

Kalau kita memandang sempit MEA sebagai suatu momok yang menakutkan dimana seolah-olah nanti negara Indonesia akan dijadikan pasar oleh negara lain karena kita tidak dapat memproduksi sesuatu untuk bangsanya sendiri yang dapat bersaing dengan produk lain itu ketakutan yang tidak beralasan. Perinsip ekonomi adalah pembeli pasti memiliki uang untuk membeli sesuatu dan pembeli mendapatkan uang dari beberapa kegiatan yaitu dengan memproduksi sesuatu lalu menjualnya (Produksi), membeli  sesuatu lalu menjualnya kembali (trading), melayani sesuatu dalam jual beli (jasa) dan sebagai pekerja produksi/jasa (worker). Semua kegiatan tersebut pasti ada nilai tambahnya sehingga nilai tambahnya itu yang bisa dipergunakan untuk membeli sesuatu tersebut.

Perinsip  ekonomi lain adalah produksi harus diciptakan pada daerah dengan biaya produksi yang paling murah sehingga dapat berkompetitif; apabila produksi tidak dilakukan di Indonesia , berarti tenaga kerja di Indonesia lebih mahal dari negara lain, artinya lebih kompetitif. Upah buruh sangat menentukan komponen biaya produksi dibandingkan dengan teknologi sebesar apapun perusahaan tersebut.

Kalau kita mengkaitkan kedua perinsip ekonomi itu,maka tidak mungkin negara lain memasarkan barangnya ke Indonesia kalau rakyat Indonesia tidak mampu beli, dan mungkin  diproduksi di Indonesia kalau tenaga kerja  Indonesia kompetitif. Pada perinsipnya hukum ekonomi itu pasti mengikuti alur potensi ekonomi, dimana ada potensi ekonomi maka gerak perdagangan akan mengarah ke sana.

Salah satu kekahawatiran saya adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka membeli barang impor, sehingga harga bukan menjadi pertimbangan lagi, misalnya harusnya bisa pakai mobil ESEMKA kok malah dibelikan mobil impor. Kembali lagi ke slogan CT yaitu "ABG" tapi saya ganti menjadi ASAL BARANG GUE; artinya kalau masyarakat Indonesia mencintai barangnya sendiri, maka kekahawatiran akan matinya produksi negeri sendiri tidak perlu lagi ada. Mulai saat ini pentingnya menanamkan untuk menggunakan dan bangga pada produksi sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun