Mohon tunggu...
Demianus Nahaklay
Demianus Nahaklay Mohon Tunggu... Dosen - Announcer

Menjadi penyiar di radio adalah tugas mulia yang memungkinkan untuk mengedukasi, membangun persahabatan dan memberi solusi atas masalah sosial di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pepaya Penuh Kesehatan: Saat Lapar, Isi Perut Anda dengan Kelezatan Alami

17 November 2023   19:07 Diperbarui: 20 November 2023   18:12 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pepaya Penuh Kesehatan: Saat Lapar, Isi Perut Anda dengan Kelezatan Alami Dokpri: Pepaya di kebun samping rumah

Ketika saya bangun pagi tadi dan menatap sebuah pohon pepaya yang berada di samping rumah, pikiran saya melayang pada buah pepaya yang mulai menguning. Panjang buah pepaya tersebut mencapai 35 cm. Menariknya, pepaya ini tumbuh tanpa bantuan pupuk apa pun, karena akarnya terlindungi di antara celah-celah batu karang di sekitar rumah saya. Pepaya, yang memiliki nama latin (Carica Papaya L), berasal dari Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Tanaman pepaya kemudian menyebar dan dibudidayakan di negara-negara tropis, termasuk Indonesia (https://dpp.pontianak.go.id). Pepaya ini merupakan tanaman berbatang tinggal yang tumbuh tegak, dengan batang berwarna putih kehijauan.

Seperti yang terlihat dalam gambar artikel ini, Kementerian Kesehatan Indonesia (kemenkes.go.id) menyatakan bahwa buah pepaya memiliki banyak manfaat, antara lain:
- Membantu pencernaan dan menurunkan berat badan
- Menurunkan kolesterol
- Baik untuk penderita diabetes
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Melindungi dari radang sendi
- Mengurangi stres
- Mengurangi nyeri haid
- Mencegah kanker usus dan prostat

Manfaat ini membuat banyak orang mengonsumsi buah pepaya untuk menjaga kesehatan, terlebih lagi dengan daya tarik visual buah pepaya yang sangat menggoda selera.

Namun, di balik manfaat kesehatan buah pepaya yang diminati konsumen, saya teringat akan masa kecil  yang penuh kesulitan ekonomi, terutama dalam hal makan sehari-hari. Saat kelaparan melanda, terutama selama musim kemarau hingga awal musim hujan ketika persediaan makanan sangat minim, kami hanya bisa mengonsumsi biji jagung, singkong, dan sedikit kacang merah, yang sudah dianggap makanan mewah bagi kami.

Buah pepaya muda menjadi salah satu jenis bahan pangan yang selalu tersedia di setiap  dapur keluarga. Kami mengolahnya dengan cara dimasak dan dicampur dengan potongan singkong untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Kadang -kadang, buah pepaya muda hanya direbus dan dikonsumsi bersama isi kelapa untuk menghilangkan rasa pahit saat dikunyah. Selain buah pepaya, daun pepaya juga memiliki khasiat, tidak hanya sebagai obat malaria, tetapi juga diolah dan dimasak dengan berbagai jenis bahan makanan lain.

Paradigma masyarakat saat itu adalah bahwa baik daun pepaya dan  buah pepaya  muda yang dikonsumsi tidak untuk mendapatkan manfaat kesehatan, melainkan untuk bertahan hidup dalam masa krisis ekonomi. Makanan yang dikonsumsi masyarakat bukan lagi untuk memenuhi standar kesehatan, melainkan demi bertahan hidup di masa sulit.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun