buah pepaya yang mulai menguning. Panjang buah pepaya tersebut mencapai 35 cm. Menariknya, pepaya ini tumbuh tanpa bantuan pupuk apa pun, karena akarnya terlindungi di antara celah-celah batu karang di sekitar rumah saya. Pepaya, yang memiliki nama latin (Carica Papaya L), berasal dari Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Tanaman pepaya kemudian menyebar dan dibudidayakan di negara-negara tropis, termasuk Indonesia (https://dpp.pontianak.go.id). Pepaya ini merupakan tanaman berbatang tinggal yang tumbuh tegak, dengan batang berwarna putih kehijauan.
Ketika saya bangun pagi tadi dan menatap sebuah pohon pepaya yang berada di samping rumah, pikiran saya melayang padaSeperti yang terlihat dalam gambar artikel ini, Kementerian Kesehatan Indonesia (kemenkes.go.id) menyatakan bahwa buah pepaya memiliki banyak manfaat, antara lain:
- Membantu pencernaan dan menurunkan berat badan
- Menurunkan kolesterol
- Baik untuk penderita diabetes
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Melindungi dari radang sendi
- Mengurangi stres
- Mengurangi nyeri haid
- Mencegah kanker usus dan prostat
Manfaat ini membuat banyak orang mengonsumsi buah pepaya untuk menjaga kesehatan, terlebih lagi dengan daya tarik visual buah pepaya yang sangat menggoda selera.
Namun, di balik manfaat kesehatan buah pepaya yang diminati konsumen, saya teringat akan masa kecil  yang penuh kesulitan ekonomi, terutama dalam hal makan sehari-hari. Saat kelaparan melanda, terutama selama musim kemarau hingga awal musim hujan ketika persediaan makanan sangat minim, kami hanya bisa mengonsumsi biji jagung, singkong, dan sedikit kacang merah, yang sudah dianggap makanan mewah bagi kami.
Buah pepaya muda menjadi salah satu jenis bahan pangan yang selalu tersedia di setiap  dapur keluarga. Kami mengolahnya dengan cara dimasak dan dicampur dengan potongan singkong untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Kadang -kadang, buah pepaya muda hanya direbus dan dikonsumsi bersama isi kelapa untuk menghilangkan rasa pahit saat dikunyah. Selain buah pepaya, daun pepaya juga memiliki khasiat, tidak hanya sebagai obat malaria, tetapi juga diolah dan dimasak dengan berbagai jenis bahan makanan lain.
Paradigma masyarakat saat itu adalah bahwa baik daun pepaya dan  buah pepaya  muda yang dikonsumsi tidak untuk mendapatkan manfaat kesehatan, melainkan untuk bertahan hidup dalam masa krisis ekonomi. Makanan yang dikonsumsi masyarakat bukan lagi untuk memenuhi standar kesehatan, melainkan demi bertahan hidup di masa sulit.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H