Mohon tunggu...
Demianus Nahaklay
Demianus Nahaklay Mohon Tunggu... Dosen - Announcer

Menjadi penyiar di radio adalah tugas mulia yang memungkinkan untuk mengedukasi, membangun persahabatan dan memberi solusi atas masalah sosial di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bunga Positif dari Tuntutan: Perjalanan Anak Kidal yang Dipaksa Menggunakan Tangan Kanan

4 November 2023   07:28 Diperbarui: 4 November 2023   07:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusstrasi:https://www.pexels.com/@yankrukov/

Memaksa anak kidal untuk menggunakan tangan kanan dapat berdampak pada kondisi fisik, emosional, dan psikologis. Efek sampingnya dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang, memerlukan terapi intensif sebagai penanganannya (haldoc.com).

Dr. Rizal Fadli, pada 12 September 2022, mencatat bahwa banyak anak dipaksa menggunakan tangan kanan oleh orang tua mereka. Pemaksaan ini dapat menimbulkan dampak dan bahaya pada kesehatan fisik dan mental. Beberapa dampak yang mungkin terjadi termasuk sulit membaca tulisan tangan, kesulitan konsentrasi, masalah ingatan, gagap, kelelahan konstan, dan kepribadian neorotik. Dampak jangka pendek melibatkan kebiasaan seperti menggigit kuku, ngompol, rasa malu, kurang percaya diri, kelelahan fisik, masalah ejaan dan penulisan, serta perilaku hiperaktif.

Artikel ini menarik perhatian terutama bagi orang tua yang memiliki anak berusia 2-3 tahun. Melihat dampak-dampak ini, saya ingin memberikan sedikit masukan sebagai pencerahan bagi pembaca.

Saya sendiri lahir kidal, tetapi sejak usia 6 tahun, saya diajarkan untuk menggunakan tangan kanan di sekolah dasar. Meskipun sulit pada awalnya, dengan bantuan guru, saya akhirnya terbiasa menulis dengan tangan kanan. Meskipun tidak bisa lagi menulis dengan tangan kiri, saya mengalami manfaat positif dari penggunaan kedua tangan, seperti dapat melakukan berbagai tugas dengan kedua tangan saat bekerja. Meskipun demikian, pengalaman ini tetap menjadi pengingat akan proses yang mungkin tidak selalu positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun