Mohon tunggu...
Nuskhan Abid
Nuskhan Abid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Institut Agama Islam Negeri Kudus

Jatuh cinta dengan jersey tim sepakbola. Kuliner, gunung, dan sedikit berwisata ke pantai.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kepada Kampung Halaman: Mungkinkah Aku Kembali?

30 April 2023   15:17 Diperbarui: 30 April 2023   15:20 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama ini saya kabarkan kalau keadaan saya baik-baik saja. Bagaimana dengan engkau? Semoga kebaikan juga menyertaimu. Sudah delapan tahun sejak kali pertama saya meninggalkan tanah kelahiran. Apa saja yang terjadi selama ini? Adakah sesuatu yang berubah? Atau semuanya masih sama seperti dulu kala? 

Sulit untuk memulai dari mana saya harus menulis surat ini. Hati ini selalu rindu. Raga ini ingin menelusuri kembali setapak demi setapak jalan diantara hijaunya persawahan. Rindu suara serangga dan hewan malam yang senantiasa menemani jiwa-jiwa yang sepi. Ingin sekali lagi menghembuskan udara dan kehangatan dikala pagi yang dingin dan berkabut. Mendengarkan kembali kokok ayam jago yang membangunkan setiap manusia dikala fajar menjelang. 

Kedamaian yang tidak pernah lagi kurasakan. Kebisingan saat ini adalah deru mesin dan bunyi klakson yang terus bersahutan. Tiada lagi cerocos burung dengan kicau merdunya di kala pagi. Senyum ramah orang-orang tak lagi aku dapatkan. Wajah-wajah bengis dan kejam yang menyertai langkah kita sepanjang hari. Tiada lagi kawan hanya lawan. Kita kawan kalau satu tujuan.

Kampung halamanku, masihkah engkau menyimpan kenangan saat langkah kecil kami berjalan selangkah-demi selangkah untuk mengejar cita-cita? Engkau menjadi saksi terkadang kaki ini lelah, hati kita mulai putus asa dan merana. Engkaulah yang selalu memberikan energi dan semangat bagi kami untuk bangkit. 

Memulai kembali langkah walaupun dengan gontai. Semuanya selalu berakhir dengan canda tawa. Tiada satupun kawan dan sanak saudara yang ketinggalan untuk memberikan bantuan. Hingga kita tidak punya rasa sesal dan takut kegagalan.

Aku menjadi satu dari sekian banyak orang yang tidak kuat untuk bertahan. Meninggalkan jejak kali kita dan menghentikannya tepat di ujung jalan. Batasan antara kebahagiaan masa lalu dan gemilangnya masa depan. Berat memang saat melangkah, namun engkau masih setia memberikan semangat. Engkau iklas melepas kepergian kami. Menggantungkan mimpi dan harapan yang jauh lebih tinggi dari harapan kami. Engkau selalu berharap kami kembali. 

Kampung halamanku tercinta, harapan dan impianmu terhadap kami saat ini seolah hilang. Kami tidak mungkin kembali. Kami punya harapan dan cita-cita yang terus kami perjuangkan di sini. Kaki kami terbelenggu, tubuh kita terpenjara. Namun, hati kami tetap untuk engkau tanah kelahiran kami. Hanya saat gema takbir berkumandang, langkah kaki kami akan kembali. Menyusuri jalanan dan merasakan basahnya rerumputan karena embun pagi hari.

Kampung halamanku, usiamu kini semakin menua. Kami juga semakin mendekati senja. Percayalah, bahwa harapan dan cita-cita kami tentangmu masih tersimpan dalam sanubari kami. Kami hanya mampu untuk terus berdoa dan tiada berhenti berharap. Akan ada banyak generasi selanjutnya yang memperjuangkan dan meneruskan cita-cita dan harapan kami yang tertinggal di sana.

Maafkan Aku dan semua orang yang telah beranjak dan angkat kaki dari kampung halaman. Tiada yang patut dipersalahkan. Aku, kamu, dan semua orang tidak akan pernah lupakan kampung halaman. Kami sangat yakin engkau akan baik-baik saja di sana. Hati kami ingin kembali pulang, tapi raga kami tak punya kemampuan. Engkau tidak akan pernah sendirian, masih ada doa kami menemani. Sepanjang kami masih bisa bernafas hati dan pikiran kami tidak akan melupakan kampung halaman. Ada sejarah, darah, tawa, duka, dan air mata yang menemani kami. Membuat kami menjadi lebih tangguh dan berani menghadapi dunia tiada pasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun