Mohon tunggu...
NUSANTARA KITA
NUSANTARA KITA Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Ilmu Bermanfaat

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekelumit tentang Relawan

10 November 2023   11:44 Diperbarui: 10 November 2023   12:13 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEPAK TERJANG RELAWAN

Relawan yang dalam kamus bahasa Indonesia disebut sukarelawan dimaknai sebagai orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). Schoender (Bonar & Fransisca, 2012) mengartikan relawan sebagai individu yang rela menyumbangkan tenaga atau jasa, kemampuan, dan waktu tanpa mengharapkan upah secara finansial atau mengharapkan keuntungan materi dari organisasi pelayanan yang mengorganisir suatu kegiatan tertentu secara formal.

Kesediaan menjadi seorang relawan merupakan panggilan nurani atau kepedulian terhadap sesama. Semangat altruistik sebagai naluri yang mendorong perilaku untuk membantu secara sukarela kepada orang lain yang dalam keadaan memerlukan pertolongan. Kebaikan inilah yang semestinya tetap dipertahankan meski saat ini perkembangan masyarakat cenderung hedonis konsumtif. Perilaku hedonis, konsumtif memandang hidup hanya untuk mengejar kesenangan yang pada akhirnya mendorong seseorang menjadi mendewakan materi. Materialistik menilai kesuksesan seseorang didasarkan pada materi/harta, kedudukan/jabatan, melemahnya kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua di tengah situasi paska pandemi dan kekhawatiran melemahnya perekonomian dunia.

Dalam situasi hingar bingar dunia politik, relawan seringkali menjadi ujung tombak dalam mendulang suara. Pemilihan Bupati/Walikota, Gubernur, Caleg, hingga calon presiden untuk membangun basis massa dengan dukungan para relawan. Masyarakat secara sukarela menjadi barisan relawan pendukung karena kesamaan visi, kualitas ketokohan serta kebutuhan sosok pemimpin yang dianggap dapat membawa perubahan yang lebih baik. Meskipun pada prakteknya relawan terkadang memang sengaja dibentuk dan teroganisir top down serta terarah dalam mensupport "Bos" dalam mencapai tujuannya. Dan faktanya tak sedikit relawan bentukan tak lepas dari imbalan baik berupa materi ataupun jual beli kepentingan.

Barisan relawan dalam hal dukung mendukung pemilu / pemilukada tentu membutuhkan komitmen yang dibangun sebelumnya. Tidak hanya kesamaan pemikiran namun pada tataran praktis bisa jadi ada "deal-deal" yang saling menguntungkan. Idealnya ketika berhasil menjabat maka tidak melupakan kontrak politik yang sudah disepakati bersama. Seperti halnya para relawan Jokowi yang setia mendukung hingga dua periode. Presiden Jokowi juga berusaha memberikan yang terbaik untuk para pendukungnya dan bangsa Indonesia. Lembaga Survei LSI tanggal 11 Juli 2023 merilis tingkat kepuasan publik atas kinerja Jokowi sebesar 81,9% yang meningkat dari 76,8% pada bulan April di tahun yang sama. Dalam dua periode dukungan relawan setia Jokowi turut berkontribusi dalam meraih dukungan rakyat.

Menjelang pemilu 2024 sudah mulai nampak ke permukaan kiprah riuhnya para relawan hingga berbagai pihak yang mengklaim membawa gerbong barisan simpatisan ke salah satu calon presiden. Ada juga yang mengatasnamakan komunitas, paguyuban, alumni dan seterusnya.

Fenomena hari ini relawan menjelma menjadi sebuah kekuatan baru di luar partai dan seringkali justru memberikan warna dan arah dominan dalam perjalanannya. Mesin-mesin relawan ibarat sel-sel aktif yang bekerja dalam senyap dan menyebar di berbagai struktur kelembagaan atau bermain diluar panggung baik pro maupun kontra. Sepakat atau tidak ternyata mereka memiliki posisi bargaining yang tak bisa diremehkan. Partai politik menjadikan satu diantara berbagai pilihan ideologi sebagai pondasi sekaligus tujuan pendiriannya. 

Pada perkembangannya ternyata juga ikut merasakan betapa kiprah Relawan dapat menembus batas "iman" para pendukung yang selama ini dianggap setia. Kesetiaan hari ini lebih pada kepentingan dan bukan ideologi semata. Apakah kepentingan pribadi, keluarga, golongan atau bangsa? Kita tak tahu dan hanya bisa menerka arahnya kemana. Dalam dunia politik memang tak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Apakah salah ? enggak sepenuhnya, sepanjang kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan atau golongan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun