Dengan figur yang lucu dan menggemaskan, karakter Minions memang begitu digemari kebanyakan anak-anak. Nyatanya film besutan putra novelis senior NH Dini itu begitu mengerikan untuk ditonton anak-anak.
TAWA seisi ruangan salah satu teater yang ada di bisokop berlabel XXI itu telah membahana sejak awal film berjudul Minions diputar. Mulai sejak pertemuan makhluk mungil berwarna kuning yang disebut bangsa Minion dengan Tyranosaurus Rex, yang berakhir dengan tergulingnya dinosaurus itu ke jurang, karena seekor (?) minion tidak sengaja menggelindingkan batu saat menemukan setandan pisang.
Atau ketika makhluk-makhluk itu membangun piramida bersama Firaun, yang awalnya direncanakan berbentuk segitiga terbalik. Juga saat tanpa sengaja meriam yang hendak mereka tembakkan saat perang justru mengarah ke komandan mereka yang figurnya sangat mirip dengan Napoleon Bonaparte. Hingga saat mereka hendak memberi kejutan pesta ulang tahun ke-357 bagi Dracula, yang berakhir dengan kematian sang vampir akibat para Minion membuka tirai yang mengakibatkan matahari membakar tubuh majikan mereka itu.
Semua memang dikemas dengan adegan yang jenaka, ditambah karena tampilan para minion memang begitu menggemaskan. Hanya saja sejak awal film saya terheran-heran, karena makhluk-makhluk lucu itu diceritakan sebagai bangsa yang menghamba kepada kejahatan. Setelah selalu gagal melayani kepentingan majikan mereka yang disebut sebagai tokoh-tokoh jahat, para Minion mengasingkan diri ke Antartika.
Hingga akhirnya karena hidup mereka begitu membosankan dan dilanda depresi, salah satu di antara Minion yang bernama Kevin tampil sebagai pemimpin. Dia mengajak dua Minion lain, Stuart dan Bob untuk mencari tokoh jahat yang akan dijadikan sebagai majikan baru. Mereka pun tiba di New York dan menonton di salah satu saluran televisi gelap, yang menayangkan iklan bahwa seorang perempuan tokoh kriminal kelas tinggi bernama Scarlet Overkill hendak merekrut anggota baru.
Karena tertarik, ketiganya bertekad menuju ke Orlando, Florida, tempat markas Scarlet Overkill berada. Mereka mencegat sebuah mobil untuk menumpang ke sana, yang ternyata berisi keluarga penjahat. Di tengah perjalanan keluarga itu merampok bank hingga dikejar polisi. Kevin, Stuart, dan Bob secara tidak sengaja membuat para polisi yang mengejar mereka tertembak dan berhenti mengejar mobil yang mereka tumpangi.
Setelah sampai di markas Scarlet Overkill, mereka awalnya diremehkan. Hingga akhirnya sang ratu kejahatan membuat sayembara: barang siapa yang bisa merebut batu rubi merah yang ada di tangannya akan diangkat sebagai anak buahnya. Dari ratusan orang yang mencoba merebutnya, ternyata justru Bob yang secara tidak sengaja menelan rubi merah tersebut.
Ketiga Minion itu akhirnya menjadi anak buah Scarlet Overkill. Dan tugas pertama mereka adalah mencuri mahkota Ratu Inggris Elizabeth. Hanya disebut Elizabeth, tanpa I atau II. Namun, melihat wajahnya memang sangat mirip dengan figur Elizabeth II. Singkat cerita, mereka dikejar-kejar pengawal Ratu Inggris saat mencoba mencuri mahkota. Hingga akhirnya Bob merasa terdesak dan mencabut sebuah pedang yang tertancap di batu. Dan ternyata mitos setempat meyakini barang siapa yang berhasil mencabut pedang itu dari batu berhak menjadi Raja Inggris. Walhasil, Sang Ratu akhirnya menyerahkan mahkotanya kepada Bob.
Oke, sampai di sini saya sebenarnya sudah mulai bingung dengan maksud yang dituju film ini. Karena saya pun awalnya menonton film ini karena diajak anak saya untuk menemaninya menunggu waktu berbuka puasa. Saya setuju saja, karena film ini pun diperuntukan untuk golongan: Semua Umur. Yang menjadi kebingungan saya: pantaskah film yang ditujukan untuk penonton yang mayoritas anak-anak ini justru membawa pesan untuk menghamba pada kejahatan?
Persetan Teori Konspirasi
Sebenarnya saya telah mendengar penilaian sejumlah pihak tentang film prekuel Despicable Me ini, yang menyebut begitu berseliwerannya simbol-simbol Illuminati. Yang disebut-sebut sebagai sebuah kelompok persaudaraan rahasia, yang diyakini sebagian pihak telah mendalangi berbagai peristiwa di dunia untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru.
Mulai figur Stuart yang digambarkan bermata satu, yang kerap dihubungkan dengan simbol The All-seeing Eye atau The Eye of Providence, yang oleh sebagian pihak juga kerap diterjemahkan sebagai Dajjal. Karena lambang mata satu memang kerap disandingkan dengan kelompok ini, selain juga piramida terpancung atau logo jangka dan mistar.