Mohon tunggu...
Nusantara Mulkan
Nusantara Mulkan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa Aja

Sebagian tulisan saya yang ada di sini pernah dimuat di sejumlah media. Walaupun sedikit saya modifikasi kembali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pergulatan Kaum (Tak) Bertuhan [Bagian I]

2 Januari 2014   22:30 Diperbarui: 9 Juli 2015   11:47 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye Richard Dawkins untuk kaum ateis. (wikimedia.org)

[caption id="" align="aligncenter" width="456" caption="Billboard kampanye kembali ke Tuhan. (tallskinnykiwi.typepad.com)"]

[/caption]

Iklan-iklan kampanye kaum ateis tentu saja menimbulkan keluhan publik AS. Ratusan keluhan telah diterima agen transit iklan-iklan tersebut. Hal ini menimbulkan perlawanan terhadap kampanye melalui iklan yang dilakukan kelompok religius. The Center for Family Development, sebuah organisasi Katolik di Bethesda, MD, telah membeli ruang beriklan di bus-bus Metro Washington DC. “Kami bertujuan menetralisasi iklan AHA dengan iklan yang positif dan tepat untuk mengidentifikasikan Tuhan sebagai pencipta kita yang sebenarnya dan penuh kasih,” kata Jo Ellen Murphey, seorang pendukung gerakan perlawanan.

Dengan menghimpun dana US$ 14.000, The Center for Family Development menjalankan kampanye bertajuk “I Believe Too” yang dipasang di sedikitnya 200 sisi bus dengan berbagai bentuk di bagian dalam maupun luar badan. Di antaranya bertuliskan, “Mengapa percaya? Karena Saya menciptakan kamu dan Saya cinta kamu -Tuhan.”

Perlawanan secara akademis terhadap pemikiran ateisme juga dilancarkan. Paul M Zulehner, dekan sekolah teologi Universitas Vienna tidak setuju jika dikatakan ateisme telah mewabah di Eropa. Dia menyatakan jumlah ateis di Eropa hanyalah kelompok yang sangat kecil. “Jumlah mereka tidak cukup untuk dijadikan penelitian sosiologis,” katanya.

Namun, dia mengingatkan bahwa penurunan ateisme di Eropa bukan berarti telah terjadi Kristenisasi. “Yang kami tinjau sebenarnya adalah upaya paganisasi,” ujarnya. Senada dengannya, Gerald McDermott, guru besar agama dan filsafat di Roanoke College, Salem, menyebut paganisme sebagai sumber rusaknya keimanan masyarakat AS. “Begitu banyaknya paganisme telah menciptakan spiritualitas palsu. Hal ini terbukti menjadi musuh yang lebih berbahaya untuk iman Kristiani dibandingkan ateisme,” paparnya. (Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun