Mohon tunggu...
Siti Nursaibah
Siti Nursaibah Mohon Tunggu... Mengalir

Bersuara Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ungkapan Spesial Aktivis Perempuan kepada Para Puan

24 Maret 2024   13:25 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri. Pandopo Dompu, NTB)

Katanya, "Jika Perempuan berdiam diri dirumah itu Sunnah maka Menjadi Wajib berada diluar rumah karena beberapa alasan" Loh kok malah jadi wajib diluar rumah?

Sebagai pengguna sosial media saat ini, rasanya kita sudah tidak asing dengan nama seorang aktivis Perempuan berdarah Jawa, Kalis Mardiasih. Saya kerap kali menyebut namanya dengan sapaan mbak Kalis yang terdengar lebih cocok dan sopan. Beliau sangat sering menyuarakan isu-isu perempuan diberbagai platform online hingga mencetak buku mengenai isu perempuan pula.

Isu perempuan yang mbak Kalis tuang sangat berbeda dari aktivis kebanyakan, ia tetap memadu-padankan nilai Islam didalamnya sebab ia mengimani Islam yang merupakan agama dengan pemberian pada setiap makhluknya hak yang sama dengan adil tanpa memandang ribuan perbedaan kecuali bentuk ketakwaan seorang insan dihadapan-Nya. Pernyataan ini sangat relate sebagaimana bunyi Al-Qur'an yang menegaskan bahwasanya posisi perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya pada Pandangan Allah melainkan ketakwaannya.

Aktivis ini menyadari betul bagaimana posisi perempuan yang seringnya selalu salah, tidak boleh berbicara, dan didalam Islam sekalipun seringnya masih berkelahi dengan perdebatan dimana sebenarnya posisi untuk perempuan. Hal ini yang membangkitkan ghiroh beliau untuk berani mengkritisi penilaian terhadap sosok perempuan melalui platform online untuk dunia nyata terlebih dunia Maya. Dari kacamata nya tidak sedikit yang menarasikan melalui dakwah di platform online menggunakan taklid buta secara terang-terangan memarjinalkan perempuan. Cara berdakwah yang seperti ini sungguh dapat disalahpahami oleh perempuan dan memperburuk citra islam yang seakan-akan melindungi perempuan namun itu adalah bentuk deksriminasi terhadap perempuan melalui agama.

Ungkapan mbak Kalis mengenai bila perempuan Sunnah berada dirumah namun menjadi wajib berada di luar rumah dengan alasan syar'i seperti menuntut ilmu, menjadi agen Of change, Bekerja, mengabdi untuk umat menggelitik saya untuk menuliskan persetujuan.

Pasalnya, tidak jarang hadits Hasan ini disampaikan pendakwah khususnya via online dan dikonsumsi oleh khalayak umum tanpa disadari menjadi makanan siap saji dengan tidak menelusuri kembali makna tersirat pada kalimat tersebut. Kalimat ini mampu membangun paradigma bahwa perempuan "Hanya" baik dan memperoleh kebaikan (pahala) "didalam rumah saja". Kebaikan itu tidak terdapat pada tempat lain yang dianggap bukan naungan (rumah) bagi seorang perempuan.

Ini menjadi gambaran bagaimana bila sebuah hadits digunakan untuk mengurung perempuan, menguasai pikiran dan tubuhnya didalam rumah sehingga melahirkan perempuannya yang sesuai dengan kemauan dan menjadi "penurut". Sebab pikiran ini akan menganak-tirikan perempuan yang berada diluar rumah dengan sifat keras kepala, penggoda, dan lain sebagainya. Padahal, perempuan hadir bukan sebagai saingan berat sesama perempuan maupun laki-laki namun sebagai manusia yang mampu menikmati haknya dalam berkehidupan.

Penyataan wajib diluar rumah dengan alasan syar'i sangat membantu perempuan mendapatkan Ilham untuk hidup yang lebih mampu dan sehat. Menuntut ilmu misalnya, mampu mencerdaskan perempuan hingga perempuan sebagai madrasatul ula mampu mencerdaskan keturunannya. 

Survive didunia kerja mampu memperbaiki taraf kehidupan perempuan sehingga tidak menimbulkan ketergantungan pada seorang sosok. Menjadi agen of change dan mengabdi kepada umat sesuai kadar dan kondisi kemampuannya untuk keberlangsungan hidup yang berdaya dan setara.

Untuk para Puan, mari sedari dini berani berbicara dengan pikiran yang kritis, berani keluar rumah dengan menyibak senyum pada sesama, berani menikmati hak kesetaraan dari Allah untuk kemaslahatan umat. Mari menjadi berdaya dengan segala kemampuan yang kita punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun