Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Implementasi Kesadaran Sosial di Masa Pandemi

18 Juli 2021   05:25 Diperbarui: 18 Juli 2021   12:39 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pentingnya Kesadaran Sosial (Social Awareness)

No Man is an Island. Ungkapan ini menunjukan salah satu ciri hakiki manusia yakni terlahir sebagai makhluk sosial. Setiap individu lahir, bertumbuh dan mengaktualisasikan kemanusiaannya dalam konteks kebersamaan dengan orang lain. Selain itu, Keberlangsungan hidupnya juga sangat erat kaitannya dengan campur tangan orang lain. Sehebat apapun seseorang ia tidak akan bertahan hidup jika tanpa campur tangan orang lain. Singkatnya, di bumi ini antar individu saling membutuhkan untuk merealisasikan kemanusiaannya.

Agar kebersamaan dan relasi dengan orang lain tetap terjalin dengan baik dan harmonis maka manusia membutuhkan aturan dan norma hidup yang menjadi instrumen dalam bertindak. Selain itu, perlu juga setiap individu memiliki kesadaran sosial.

Kesadaran sosial (Social Awareness) adalah komitmen dan niat dari dalam diri untuk menjadikan diri tidak sebagai penghalang bagi orang lain dalam menjalani hidupnya. Tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain dalam mengakses hak-haknya sebagai manusia. serta tidak menjadi sumber petaka bagi orang lain. Selain itu kesadaran sosial adalah komitmen dari dalam diri untuk berkontribusi bagi kebaikan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari saya sering menemukan peristiwa-peristiwa sederhana yang menunjukan minimnya kesadaran sosial seseorang. Saya sebut beberapa diantaranya:

  • Orang menghidupkan musik dengan volume yang besar di jam-jam istrahat malam. Bahkan sampai dini hari. Di sekitar tempat tinggalku hal ini sering terjadi. Tampak disini yang ia lakukan semata untuk kepentingan dirinya dengan mengorbankan ketenangan orang lain. Ia kurang sadar secara sosial
  • Orang seenaknya memarkir kendaran di badan jalan yang akhirnya menyebabkan kemacetan. Juga bisa mencelakai pengguna jalan lainnya.
  • Di masa pandemi ini masih banyak yang tidak memakai masker ketika beraktivitas di tempat umum. Dengan demikian ia berpotensi menularkan virus kepada orang.
  • Masih saja kita melihat orang membuang sampah sembarangan. Akibatnya, lingkungan menjadi kotor dan sampah-sampah ini bisa menyumbat selokan yang akhirnya berpotensi mengakibatkn banjir ketika hujan tiba.
  • Beberapa kesempatan ketika mengantri di bank saya sering melihat orang bertelepon dengan suara keras tanpa peduli orang lain di sekitarnya. Bahkan ada yang sambil ketawa terbahak-bahak layaknya di rumah sendiri. Ia bahagia di tengah ketidaknyaman orang lain.

Di tengah absennya kesadaran sosial dari sebagian orang, tentu kita akui bahwa masih banyak orang yang memiliki kesadaran sosial dalam beragam bentuk. Pernah suatu ketika seorang sopir tiba-tiba berhenti dan turun dari mobil. Ternyata ia hendak memindahkan sepotong seng yang tergeletak di bahu jalan. Padahal beberapa kendaraan di depannya melewati begitu saja. Saya kagum. Tampak sang sopir menyadari bahwa sepotong seng ini bisa saja mencelakai pengguna jalan berikutnya. Saya juga mengamati ada perokok yang sangat berhati-hati sebelum merokok. Sebisa mungkin tidak merokok di ruang tertutup yang dihadiri oleh orang yang tidak merokok. Terus terang saya sendiri berjuang untuk melakukan hal yang sama walau kadang lalai.

Mematuhi Protokol Kesehatan: Wujud Kesadaran Sosial di Masa Pandemi

Di masa pandemi ini salah satu wujud kesadaran sosial kita adalah dengan mematuhi protokol kesehatan. Ketika kita tertib menjalankan protokol kesehatan sebenarnya kita sedang meminimalisir kemungkinan diserang covid juga memastikan diri kita tidak sebagai pembawa virus bagi sesama. Selain itu, ketika kita merasa kondisi tubuh kita kurang sehat, disertai gejala-gejala yang mengarah kepada covid alangkah bijaksananya jika kita meminimalisir untuk berkontak dengan orang lain sebelum kita mendapatkan kepastian medis. Dengan cara ini kita sedang menjalankan tanggungjawab sosial kita. Kita peduli kepada sesama. Itulah kesadaran sosial.

Kesadaran sosial perlu dimiliki juga oleh pihak-pihak yang menyelenggarakan test covid untuk masyarakat. Pada tanggal 27 April 2021 lalu Polisi berhasil mengungkap praktek penggunaan alat Rapid Test Antigen bekas di bandara Kualanamu-Medan dan beberapa tempat lainnya. Juga sejumlah aksi mafia di bandara Internasional Soekarno-Hatta yang berkaitan dengan itu. Betapa dahsatnya dampak sosial sebagai efek turunan dari praktek ini. Mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan cara mengorbankan pihak lain. Semua kejadian miris ini sungguh mencederai niat baik pemerintah dan sejumlah orang yang berkehendak baik untuk menghentikan penyebaran wabah yang berbahaya ini. Menurut saya ini adalah indikator kuat bahwa kesadaran sosial masih menjadi barang langka di tengah masyarakat. Sementara individualitas merajai mentalitas masyarakat kita. Kalau mentalitas ini tidak kita ubah maka harapan untuk mendiami bumi nusantara tanpa covid-19 tampaknya masih lama terwujud. Kehidupan normal yang menjadi idaman kita bersama hanya akan terwujud cepat jika kita terlebih dahulu menormalkan mentalitas kita. Rd.NN.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun