Mohon tunggu...
Nuryati
Nuryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Bahwa pemanah yang hebat akan bisa menghabisi dengan hanya satu panah,tetapi ide yang diberikan oleh orang bijaksana bahkan bisa menghabisi orang yang belum lahir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pendidik Membangun Moral Berlandasan Spiritualitas Keagamaan

25 Oktober 2022   18:15 Diperbarui: 25 Oktober 2022   18:19 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidik memiliki peran penting dalam membangun moral para peserta didik. Pendidik melakukan berbagai macam cara yang berbeda untuk menjelaskan pengetahuan terkait moral, Pendidik dapat mengembangkan moral dengan landasan spiritualitas keagamaan contohnya pada anak usia dini yaitu, bisa sebagai motivator, pembimbing, penilai, pelatih atau mentor sehingga, peserta didik membentuk karakter yang baik. Pendidik sangat berpengaruh terhadap moral karena seorang pendidik berkewajiban untuk membangun moral peserta didik.

Moral yaitu, sikap atau perbuatan yang ada di setiap manusia. Moral dapat di tanamkan dengan nilai-nilai spiritual yang nantinya akan menjadi baik. Membangun moral adalah kewajiban dari diri sendiri dan untuk orang lain maka, "orang lain" yang membangun moral bisa disebut pendidik. Tujuan membangun moral untuk bersosialisasi pada kehidupan yang terarah dan baik saat bergaul dengan orang lain, membangun moral pada diri sendiri bisa mempelajari dari spiritualitas keagamaan yang berarti kesadaran pada diri sendiri yang memiliki jiwa yang suci.

Spiritual berkaitan dengan cinta, kebaikan, dan kepedulian. Spiritual merupakan kepercayaan adanya kekuatan besar mengatur alam semesta, di zaman globalisasi kehidupan sosial penuh dengan tantangan sehingga krisis spiritual yang sangat membahayakan pada pondasi umat beragama yang ada di Indonesia. Dengan pendidikan spiritual akan lebih mudah mengatasi krisis spiritual sehingga, dapat mencakup perkembangan jiwa seseorang, memiliki kepercayaan pada diri sendiri dan hubungan dengan sang pencipta serta orang lain.

Masalah kejiwaan dan spiritual sering diabaikan sehingga, orang akan mudah terganggu jiwa dan mentalnya. Kemerosotan akhlak dan nilai moral kini menjadi permasalahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, lingkungan sosial yang negatif sangat mempengaruhi moral sehingga, para pendidik harus menjadi motivator untuk membangun moral solusi yang tepat yaitu, dengan landasan spiritualitas keagamaan. Di Indonesia, spiritualitas dalam pendidikan sering diartikan seperti rajin ibadah padahal, spritual kemampuan seseorang untuk memberi nilai dan makna pada kehidupannya yang artinya orang bebas mengimplementasikan kemampuan memahami antara dirinya, Tuhannya dan lingkungannya.

Menurut saya, hubungan antara spiritualitas keagamaan dengan moral yaitu sangat erat karena Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak sehingga, tujuan manusia menempuh pendidikan untuk mendapatkan perubahan pola perilaku dalam kehidupan. Dalam landasan spiritualitas keagamaan untuk membangun moral sangatlah diperlukan model pendidikan sufistik, mengapa? Karena dalam literasi kitab tasawuf, hubungan Guru Dan murid itu diikat dengan adab dan akhlak. Misal adab murid bersama gurunya, bersama kawannya, dan lingkungannya sehingga, yang mengatasi persoalan moralitas adalah pendidikan sufistik.

Dalam kurikulum pendidikan sikap spiritual adalah indikator penilaian yang ada di dalam e rapor untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan maka, setiap sekolah wajib mengajarkan peserta didik untuk membangun moral sesuai dengan landasan keagamaan yang ada. Pendidik mulai mengajarkan dari hal untuk yang membiasakan contohnya berdoa, bersyukur, menjaga lingkungan, dan menjalankan ibadah dengan adanya penilaian terhadap moral spiritual maka, akan menjadi bekal untuk peserta didik dalam berkehidupan sosial. Di era globalisasi kehidupan sosial penuh dengan tantangan yang dihadapi oleh para penerus bangsa dan moral lah yang bisa menyelamatkan kehidupan mereka dari pengaruh lingkungan sosial yang negatif. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus menjaga atau membentengi para penerus bangsa.

Sebagai seorang pendidik harus bisa membangun moral para peserta didik oleh karena itu, harus ada beberapa upaya yaitu: menasihati dan pelatihan agar tidak terpengaruh pada lingkungan sosial yang negatif. Moral yang diajarkan dari model sufistik yang berarti langkah pertama, menyucikan jiwa atau menentramkan jiwa dengan berupa menasihati atau membuat para peserta didik termotivasi oleh gurunya, ini berkaitan dengan psikologi peserta didik yang tujuannya agar mereka bisa menempatkan diri di lingkungan mana pun. Sufistik juga dapat di menanamkan rasa cinta terhadap pencipta nya, cinta terhadap alam dan sekitarnya sehingga, model pendidikan ini sangat terpengaruh untuk membangun moral yang berlandaskan spiritualitas.

Kemudian langkah kedua, memberikan pelatihan peserta didik. Ada beberapa lingkungan hidup manusia seperti Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga, guru tidak bisa selalu mengawasi satu persatu peserta didiknya maka, di sekolah ada beberapa bentuk pelatihan untuk membangun moral. Upaya pendidik untuk melatih para peserta didik untuk membangun moral yaitu, dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kesiswaan dan dapat membiasakan siswa untuk menerapkan nilai-nilai spiritual, sehingga dalam menjalankan kegiatan tidak ada paksaan dan adanya kesadaran diri.

Pendidik dapat mengadakan melalui program-program kesiswaan untuk membangun moral dengan landasan spiritualitas seperti kegiatan rohis, kegiatan ekstrakurikuler, OSIS, serta kegiatan ubudiah dan mengadakan kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan contohnya dalam agama Islam seperti maulid, Muharam dan isra mi'raj di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pada diri spiritual siswa. Pendidik harus memperhatikan bahwa setiap peserta didik diwajibkan mengikuti salah satu program kegiatan yang mana itu akan menjadi penilaian dalam sikap pada rapor semester.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun