Mohon tunggu...
NuryadinFadli
NuryadinFadli Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

senantiasa belajar menemukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka dan Kemampuan Membaca dan Berhitung Siswa

13 November 2024   14:22 Diperbarui: 13 November 2024   14:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bergaungnya isu bahwa Ujian Nasional akan kembali dilaksanakan di Indonesia, mungkin itu terjadi karena sebagian orang melihat bahwa dunia pendidikan di Indonesia hari ini sedang tidak baik baik saja.  Terjadi penurunan kualitas anak anak sekolah. Minat belajar mereka hancur, di sekolah tidak ada tekanan, belajar tidak belajar akan tetap naik kelas, banyak alpa juga tidak apa apa toh akhirnya lulus juga. Wajib belajar 12 tahun menjadi sebuah kesatuan dan tidak boleh ada anak yang tidak naik kelas dan tidak lulus. Semua harus naik kelas, semua harus lulus walau tidak berkualitas.

Hal ini terpantau jelas di media sosial yang menayangkan vidio anak anak sekolah ketika ditanya pengetahuan dasar tentang ibu kota provinsi tertentu, atau sebutkan negara negara eropa, atau sebutkan nama-nama presiden Indonesia, hampir rata rata tidak bisa menjawab dengan pertanyaan dasar tersebut. Yang pertanyaan itu jika ditanyakan kepada anak anak yang lahirnya tahun 80 atau 90 an adalah pertanyaan yang sangat dasar dan mudah. Jangankan pertanyaan tentang negara negara di Eropa, atau nama nama provinsi di Indonesia, nama nama menteri sekalipun pada zaman presiden Soeharto, anak anak tahun 80 dan 90 an mereka hafal.

Di sekolah juga banyak saya temui anak anak setingkat Sekolah Menengah Pertama banyak yang belum bisa baca buku, atau tidak lancar dalam membaca. Sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Kalau dikatakan bahwa anak SMP yang belum bisa baca adalah anak yang malas, tapi lain hal tentunya ketika kasusnya lebih dari satu orang. Kalaulah itu terjadi pada anak sekolah dasar masih bisa dimaklumi, tetapi jika anak anak SMP masih banyak yang belum baca berarti ada yang salah dalam kurikulum pendidikan kita. 

Yang lebih lucu lagi bila melihat soal ulangan semester anak SD, anak SD kelas satu, kelas dua, soal yang begitu sulit, soal yang meminta penjelasan akan sebuah materi pelajaran dari anak SD kelas satu, dua, dan tiga, ironisnya mereka sebagian besar belum bisa baca, tetapi soalnya sudah sulit. Belum bisa membaca, tapi soalnya begitu sulit, butuh pemahaman yang tinggi, sungguh ironis. Sungguh jauh berbeda dengan soal dan bacaan buku zaman ' ini ibu budi, ibu budi pergi ke pasar. Sangat sederhana, mungkin juga Hepy, tidak membuat anak sakit kepala, tetapi guru guru begitu peduli akan kemampuan membaca dan berhitung anak anak. 

Apakah para guru sudah tidak lagi peduli dengan kemampuan anak, kemampuan membaca, kemampuan menulis indah, atau kemampuan berhitung, apakah guru guru sudah terlalu sibuk mengembangkan diri dengan laptopnya dan seabrek tugas-tugas hingga lupa dengan tugas utama mengembangkan kemampuan anak dalam membaca dan berhitung.

Kita sangat merindukan sosok guru yang peduli dengan kemampuan murid muridnya, kita rindu dengan guru yang sibuk meningkatkan kemampuan para siswanya dan tidak hanya sibuk dengan pengembangan dirinya dengan banyak seminar dan acara zoom meeting. Semoga pendidikan Indonesia makin maju dan bermutu 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun