Mohon tunggu...
NuryadinFadli
NuryadinFadli Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

senantiasa belajar menemukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TikTok Shop Dilarang, Apakah Kebijakan yang Tepat?

27 September 2023   10:51 Diperbarui: 27 September 2023   10:53 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Perubahan adalah sebuah keniscayaan, siapa yang mau tetap eksis maka dia harus berubah"

Sebagian orang sekarang lebih suka belanja online, termasuk saya sendiri.  Belanja spatu, baju, tas dan bahkan pernak   pernik yang aneh aneh bisa kita temui di marketplace. 

Terkadang belanja online juga sebuah solusi cerdas bagi orang yang malas pergi ke toko offline. Belum lagi Jarak yang jauh yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu barang, padahal dengan meng klik tombol tombol di HP saja, tunggu dua atau tiga hari barang yang dijual ratusan kilo bisa sampai ke rumah kita.  

Saya tidak begitu faham dengan kasus tiktok dan mengapa tiktok dilarang. itu lebih ke ranah pemerintah untuk melindungi pedagang atau UMKM supaya tidak terpuruk atau gulung tikar. 

Tetapi menurut saya ada hal yang lebih penting dari sekedar membuat regulasi pelarangan aplikasi online. Dan hal yang urgen itu adalah merubah mindset pedagang supaya beralih ke dunia aplikasi online dan melatih mereka menjadi pedagang online yang handal. 

Saya lebih memberi perhatian kepada bahwa perubahan itu sesuatu yang niscaya dan tidak mungkin bisa di bendung. Sejak virus Corona menimpa Indonesia dan dunia, kita dirumahkan dan diminta untuk membatasi kegiatan di luar rumah dan menjalankan segala sesuatu dengan online. 

Rapat dengan online, bertemu manusia dengan aplikasi online, termasuk berdagang juga online. pembeli dan pedagang dipaksa oleh keadaan supaya tidak berjumpa secara langsung tepi bertemu di aplikasi online. 

Transaksi jual beli yang biasanya dilakukan dengan tegur sapa yang hangat antara pedagang dan pembeli, terpaksa tidak ada karena semua harus beraktifitas dengan online.  Dan setelah hampir dua tahun dipaksa online, akhirnya kita terbiasa semuanya serba online. bekerja online dari rumah, rapat dilakukan online dan belanja juga nyaman dengan online. 

Sehingga wajar diberitakan makin kesini makin sepi pengunjung keberadaan pusat-pusat perbelanjaan. Hari demi hari semakin banyak saja pusat perbelanjaan yang tutup, bahkan itu dimiliki oleh perusahaan retail retail besar.  

Jadi solusinya adalah marilah berubah, berubah ke dunia online. Kalau mau eksis dan tetap  menguntungkan maka para pedang mau tidak mau harus beralih ke dunia online. 

Berdagang di aplikasi online adalah sebuah keniscayaan kalau masih mau berdagang dan menguntungkan. Dan kalau tetap mempertahankan cara-cara lama dengan keukeuh dengan toko ofline nya, maka kebangkrutan sudah tergambar di depan mata. Atau menjalankan dua metode penjualan, Toko ofline tetap ada, tetapi jualan di aplikasi online harus gencar jika ingin tetap eksis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun