Menceritakan pengalaman wanita
Suci Sayyidah Khadijah sebagai istri Nabi Muhammad SAW tentu tak cukup hanya dengan sedikit tulisan, berlembar-lembar tulisan yang mampu menceritakan betapa suci, baik akhlaknya, menginspirasi kisah hidupnya, sebagai pedoman arah kehidupan wanita-wanita di seluruh dunia. Berikut sepanggal perjalanan kisah hidup Sayyidah Khadijah sebelum menikah dengan Rasulullah SAW.
Tiada seorang wanita di dunia yang lebih indah Budi pekertinya dari pada Khadijah. Tidak ada seorang pun wanita yang dapat menandingi Khadijah dalam hal kebijakan, kesucian, kesederhanaan, dan kemandirian.
Khodijah adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Izza bin Qushai bin Kilas Al-Qurasyiyah Al-Asadiyah.Dijuluki al-athahirah yakni wanita yang bersih dan suci.
Khuwailid, ayahnya, seorang pedagang yang sukses. Ibnunda Khadijah meninggal dunia pada tahun 575 M dan Khuwailid wafat pada tahun 585 M. Sepeninggal keduanya, anak-anak mereka mewarisi kekayaan orangtuanya, kemudian membaginya. Kekayaan ada bahayanya. Kekayaan dapat membuat hidup menganggur dan befoya-foya. Tapi, tidak bagi wanita suci ini. Khadijah sangat menyadari bahaya tersebut. Ia memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya sebagai pengang anggur. Ia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap yang membuatnya mampu mengatasi godaan harta. Di antara saudaranya, hanya Khadijah yang memiliki kemampuan berdagang seperti ayahnya, sehingga, lama- kelamaan Khadijah menjadi saudagar yang kaya raya di kota Mekah.
Sepeninggal ayahnya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga dan segera mengembangkannya. Dengan keuntungan yang di dapatnya, ia tidak lupa untuk membantu orang-orang miskin, janda, anak yatim, dan orang cacat. Bila ada gadis miskin, Khadijah mengawinkannya dan membekali denga. Harta secukupnya. Beberapa keluarga Khadijah membantunya menjalankan bisnis Tapi, untuk mengambil keputusan, ia tidak tergantung kepada siapa pun. Ia yakin akan keputusannya sendiri.
Dalam menjalankan bisnis, Khadijah tidak langsung pergi ke Yaman atau Syiria.Ia cukup duduk di rumah. Semua dagangannya di titipkan kepada orang-orang yang telah dipercayainya.
Khadijah sendiri tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia.Saat dewasa, ia menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Ia di kenal sebagai seorang yang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangi yang luhur, karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepada Khadijah.
Khadijah seorang wanita yang tidak membungkan harta kekayaan. Padahal, saat Khadijah hidup,riba menjadi tradisi  yang sulit di hilangkan. Orang kaya menindas yang miskin. Tapi tidak bagi khaidjah.
Khadijah menjadi pembisnsis yang sibuk mengelola dan mengembankan Usaha-usahanya yang sudah meluas hingga keluar negeri Mekah. Dengan berdagang Khadijah mendapatkan kekayaan yang lebih banyak lagi. Bahkan, diceritakan bahwa ia mempunyai 80.000 unta yang terpancar di berbagai pelosok. Di setiap pelosok ia memiliki harta, seperti Mesir, Habasyah (Eithopia), dan berbagai daerah lain
Sebagai perempuan yang dikenal terjaga akhlak mulianya, Khadijah sangat berhati-hati dalam berbisnis. Ia membangun jaringan bisnisnya dengan model kepercayaan.Akhlak yang luhur dalam berbisnis ini ternyata sangat membantunya dalam mengembangkan relasi kerja. Oleh Masyarakat Mekah, selain julukan Al - thairah, Khadijah juga mendapatkan julukan "Ratu Quraisy" dan "Ratu Mekah." Inilah pertama kali dalam sejarah Arab, seorang wanita yang hidup pada masa jahiliah mendapatkan sebutan Al-thairah dan "Ratu Mekah".