Mohon tunggu...
Siti Nurwinda
Siti Nurwinda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sang pengkhayal yang di temani kejinggaan langit. sederhana dalam kesederhanaan. bebas adalah hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Obrolan Ngopi

3 April 2015   10:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Obrolan

Suatu waktu aku dan Bapak sedang ngopi, nyantai sekaligus ngobrol ngobrol ringan,

"Winda cita citamu sebenarnya apa ? kok kayaknya pikiranmu kesana kemari pingin jadi ini dan jadi itu" tanya Bapak kepadaku, sebelum menyurup kopi hitam panasnya.

"Jadi apa ya Pak, aku pingin jadi guru loh Pak" jawabku sekenanya. Tapi memang dulu aku pingin sekali jadi guru.

Beberapa tahun kemudian aku lulus SMA, Bapakku tanya lagi.

"Cita cita dan kepinginan kamu apa sih Win" tanya Bapak ku yang memperhatikan aku.

Aku jawab lagi “cukup jadi PNS aja Pak"

“Kenapa" tanya Bapakku

"simpel, tiap bulan dapet gaji, ada uang pensiunannya, kerja nggak kerja dibayar.

"Iya semoga sugih kamu Win" timpal Bapakku mendoakan aku, Bapak ku seolah setuju saja aku mau jadi apa aja,

Beberapa bulan kemudian Bapakku tanya lagi padaku, mungkin karena dia penasaran denganku yang akhir ini sering bahas bahas tentang perdagangan.

“Win gimana cita citamu sudah ganti lagi?" tanya Bapakku dengan nada ngece

"Hahaha, tau aja sih Pak, aku pingin jadi pedagang Pak,"

"Kenapa" tanya Bapak ku lagi

"Kalo pedagang otomatis megang duit terus, pokoknya aku mau dagang Pak, mau bikin mini market apa apa Pak, pokoknya dagang" aku menjelaskan sambil menunjukan tulisan berupa konsep bisnis yang ingin aku capai. Bapakku mantuk mantuk saja meganggukan kepala.

"Sip, belajar seng rajin" jawab Bapakku menanggapi dengan tampang datar.

Beberapa bulan berlalu lagi, aku pulang kerumah, saat sore tiba seperti biasa aku dan Bapak ngobrol bersama, Bapakpun menanyakan hal yang kiranya serupa.

"Sajannya kamu pingin jadi apa lah Win ?"

"Aku pingin jadi penulis Pak, aku pingin punya buku, karyaku di jual diseluruh toko buku di indonesia, dan semua orang pernah membaca atau sekedar memegang buku ciptaanku"

"Wihhh, bagus itu, bagus sekali" respon Bapakku sok kagum

"Nggak pingin jadi guru lagi tah ?"

"Nggak, Pak. Guru kecil gajinya"

“Kalo PNS kan lumayan" timpal Bapakku lagi

"Monoton kerja jadi PNS, kacung negara"jawabku sambil tertawa.

"Sih pingin jadi apa?"

"Aku nggak tau loh Pak aku pingin kerja yang santai"

"Kerja nggak ada yang santai"

"gini loh Pak aku takut kalo aku jadi pegawai terus karir melejit aku takut, aku kalau sudah beranak nanti ngak bisa ngurus anak, rumah dan suamiku" jawabku menjelaskan

"Jadi gimana" tanya Bapakku lagi

"Aku pingin kerja yang santai tapi anak anak kepegang urusan rumah beres suami oke, tapi duit tetep ngalir"

"Sih kerja apa itu?" tanya Bapakku

"jadi bos" jawabku

"Wihhhh, ngayal saja anak Bapak ini” ucap Bapak sambil bertepuk tangan.

“Hehehe” aku nyengir menonjolkan gigi, terselip malu di raut wajahku

“Jadi gimana sudah mulai usaha buat meraih mimpijadi bosmuitu belum Win” tanya Bapakku lagi

“Belum Pak, baru sekedar ide dan pikiran aja”

“Lah......” Bapakku kaget, .aku diam tapi wajahku masih tetap nyengir, Bapak ku mengambil kaca matanya dan mulai membaca koran

“Kamu ini gimana oh Win, pingin sukses kok ngayal terus, wujudkan dong. Jangan Cuma ngomong. Terus nggak usah mlenca mlence. Harus satu tujuan, dan fokus”

“Yah.. gimana Pak, selalu ada ide dan alasan yang baru muncul dalam benak ku” jawabku

“Tidak usah terlalu banyak alasan, alasan sering kali bikin semua tambah berantakan” ucap Bapak ku, sambil matanya melirikku dari balik kacamatanya.

“sudah besok kamu Bapak nikahkan saja sama bang Jamal, Bapak khawatir masa depanmu dan suksesmu habis karena kamu khayalin dan kamu pikirin tok, jadi iya sudah besok nikah aja sama Bang Jamal. Lumayan juga Bang Jamal sekarang sudah jadi bos sayur, masa depan dirimu jadi ibu rumah tangga yang baik akan ada disitu.

“Haaaaaaaaaaaaaaaa” aku kaget, berlahan pura pura tewas. Bawa tertawa ngakak.

iseng iseng :p

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun