Mohon tunggu...
Siti Nurwinda
Siti Nurwinda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sang pengkhayal yang di temani kejinggaan langit. sederhana dalam kesederhanaan. bebas adalah hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

puisi marah

6 Januari 2015   18:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:42 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Meranggas !
kaku, kering tapi dingin siap terlempar ke brumbrang.
itu aku !
sebegitu rapuhnya,
jangan kata mencengkram menghalaupun aku lemah
bahkan tak kuasa.
ini apa ?
hidup semacam apa ?
cinta yang apa ?
mencabik cabik.
perih tau !!!
menusuk !
sakit ! teramat sakit !
Kau merasa ?

Ah sudah tak penting bertanya peraasan.
kau buta akan itu,
kau tuli !
kau bisu !
kejam kau, mengolah cinta menjadi benci.
kau bukan manusia pekok, kan ?
hahaha !!! kau yang pernah indah
kau tahu serta merta kau layu membusuk
serentak dengan saat kau membuang cintamu.
dan menjijikannya aku.
aku tak kuasa turut membuang cintaku.

itu kejam tau !
bikin segala hidup meradang.
bayangkan saja !
rasakan saja!
ah tidak tidak, kau tak sepeduli itu untuk merasakan rasaku
tak sepeduli itu !!!
sudah nikmati saja keegoisan gilamu
hidup sana dengan pola konyolmu.
pergilah !
jangan tanggung !
jangan cuma cinta mu yang pergi
hapus saja aku.
pecahkan saja !
buang !
sejauh jauhnya.

aku
harus berterima kasih padamu ?
hah, untuk apa ?
untuk kekejaman ini ?
untuk hatiku yang tercabik ?
untuk jantungku yang hampir menyerpih
untuk darahku yang kaku ?
ah sebaiknya kau harus lebih pintar.
siapa yg lebih baik memberi.
aku dalam meradang tetap memberi cinta buatmu
sekalipun dalam marah
juga benci.
sedang kau ?
liat saja kekejamanmu itu lewat matamu.

syukurlah marahku tak sudi membunuhmu.
aku lebih memilih meranggas dan berguguran serentak dengan daun daun kering yang tertiup semilir angin malam yang rendah.

bahkan sebaiknya kau tengok cinta yang masih ada, lalu hinalah dirimu sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun