Mohon tunggu...
Nur Widyanti
Nur Widyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia yang berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Anak Medan di Kampung Adat Cirendeu

6 Maret 2024   18:02 Diperbarui: 6 Maret 2024   18:04 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pemerasan ubi yang telah di parut/dok. pri

Hayyyyyy kembali lagi di cerita perjalanan aku selama mengikuti modul nusantara di Universitas pendidikan indonesia. Nah kali ini kegiatan aku adalah kebhinekaan yang kami gunakan untuk mengetahui tentang  Kampung Adat Cirendeu. Nah ada tiga kegiatan yang kami lakukan di kampung adat cirendeu, kegiatan pertama kami adalah bermain angklung. Wahh ternyata bermain angklung itu sangat menyenangkan dan melatih kekompakan para pemain angklung yah.  pertama hal yang diajarkan kepada kami adalah pengenalan beberapa jenis angklung yang ada di Kampung Adat Cirendeu . kami di kenalkan oleh 2 jenis alat musik Angklung yaitu: Angklung Tradisional dan Angklung Buncis. Da Mi Na Ti La adalah nada angklung buncis dan Do Re Mi Fa Sol La Si adalah nada angklung tradisioal. Cara memegang alat angklung buncis dengan tangan kiri memegang tiang tengah dan tangan kanan memegang alas bawah sebelah kanan. Sebelum memainkan perhatikan angka yang ada pada sebelah kanan Angklung.

Kegiatan kedua yang kami lakukan adalah prosese pembuatan rasi yang dimulai dari mengupas ubi, cuci, parut, peras, jemur, tumbuk, dan ayak. Alat tradisional yang digunakan untuk menghaluskan ubi setelah proses penjemuran adalah Jublek walaupun untuk sekarang mereka sudah menggunakan alat yang lebih moderen. Ada satu hal yang hampir saya lupakan yaitu dalam proses pemerasan menggunakan takaran 1:6 1 gayung ubi dan 6 gayung air

Proses pemerasan ubi yang telah di parut/dok. pri
Proses pemerasan ubi yang telah di parut/dok. pri

kegiatan ketiga kami adalah mendengarkan sejarah mengenai Kampung Adat Cireundeu yang ciri khas dari masyarakat adatnya adalah mengkonsumsi singkong yang diolah menjadi rasi sebagai makanan pokok. Masyarakat adat Kampung Cireundeu dari awalnya mengkonsumsi nasi beras menjadi nasi singkong dimulai dari tahun 1918, yaitu dipelopori oleh Ibu Omah Asnamah. Dan sebagian besar masyarakat adat Kampung Cireundeu menganut dan memegang teguh kepercayaan yang disebut Sunda Wiwitan, ajaran Sunda Wiwitan ini pertama kali dibawa oleh Pangeran Madrais dari Cigugur, Kuningan pada tahun 1918.

Kegiatan keempat kami adalah makan siang bersama dengan rasi yang tadi kami pelajari cara pembuatannya. Rasa dari rasi ini lebih hambar dari nasi dan masik sangat cocok untuk digabungkan dengan lauk-lauk yang di sediakan dan sejauh yang saya rasakan, mengkonsumsi rasi jauh lebih sehat dan lebih cepat mengenyangkan dari pada makan nasi yang terbuat dari beras. Sekian kegiatan kami di hari ini.....

Contoh Bentuk Rasi/dok. pri
Contoh Bentuk Rasi/dok. pri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun