Desa Curah malang terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota Jember, sekitar 25 menit untuk sampai di desa tersebut. Di desa tersebut terdapat Pondok Pesantren putra dan putri di mana yang pondok putri terdapat 2 pesantren sedangkan yang putra hanya 1. Karena desa curah malang desanya masih lingkup pesantren jadi keadaan sosial agamanya mayoritas Islam dan juga masih menjalankan adat budaya atau tradisi dalam keagamaannya.
Contoh adat budaya tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang seperti halnya jika ada seseorang yang meninggal pasti semua masyarakat rata-rata mengadakan tahlilan 7 hari setelah seseorang meninggal lalu dilanjut 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan ada yang sampai haul (lebih dari 1000 hari) juga. Sosial Keagamaan yang lainnya yang terdapat di desa ini juga ada pengajian rutin setiap Selasa  atau biasa disebut di  sana dengan Selasaan. Selain di hari Selasa juga ada pengajian hari Kamis, dan Senin yang anggotanya ialah bapak-bapak dan ibu-ibu, di desa Curah malang juga terdapat sebuah Masjid yang cukup besar yaitu Masjid Al Misri namanya, yang sering kali digunakan untuk berbagai macam kegiatan dikarenakan masjid tersebut terletak di dalam Pondok Pesantren Putra, meski begitu masjid ini tidak hanya digunakan oleh santri saja tetapi untuk masyarakat  umum yang tinggal di sekitar masjid tersebut, selain masjid Al Misri juga ada masjid yang lain yang letaknya di sekitar pemakaman umum didesa tersebut.
Kegiatan sosial keagamaan lainnya di desa ini juga terdapat kegiatan Sholawat Nabi yang mana biasanya di adakan malam minggu di depan SD 2 curah malang bersama Ahbabul Mostofa grup hadrah yang cukup terkenal di mana-mana karena sering di undang keluar kota maupun di luar pulau Jawa, dengan antusias masyarakat desa ini banyak yang menghadiri kegiatan Sholawat Nabi tersebut dengan berpakaian serba putih baik yang laki-laki maupun perempuan baik yang muda maupun yang tua semua ikut datang dalam kegiatan tersebut.
Adapun program terkini yakni setiap acara maulid nabi di desa curah malang juga mengadakan acara besar dengan mengundang para Mubaligh terkemuka atau penceramah agama untuk memeriahkan acara maulid nabi dan juga pengajian. Rutinitas ini dilakukan masih dua kali meskipun tidak setiap tahun tetapi acara ini selalu berjalan sukses dan lancar, dalam acara ini biasanya tidak lupa juga mengundang grup hadrah pondok pesantren putra agar menambah meriahnya acara ini, acara tersebut dilakukan secara bergiliran antar rumah masyarakat seperti halnya pengajian biasa, biasanya sebelum acara diadakan atau terlaksana para pemuda-pemuda di desa curah malang ini selalu mengadakan rapat demi kelancaran dan keberlangsungan acara tersebut.Â
Dan yang terakhir meskipun mayoritas masyarakat di desa Curah Malang ini Islam tetapi tidak semua menggunakan hijab tetapi saat keluar jauhlah baru para muslimat di desa ini menggunakan yang namanya hijab tetapi juga ada yang permanen atau selalu menggunakan hijab di mana pun ia berada, dan rata-rata masyarakat desa ini pernah merasakan yang namanya menjadi santri ataupun santriwati. Itu saja yang saya dapat bagikan sedikit perihal  mengenai keadaan sosial keagamaan di desa tempat saya tinggal dan berasal, semoga artikel ini bermanfaat dan dapat dinikmati oleh para pembaca, saya selaku penulis mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa di artikel berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H