Mohon tunggu...
Nur Waidah
Nur Waidah Mohon Tunggu... Jurnalis - .

.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Naik MRT dari Bekasi Menggunakan KRL

25 Maret 2021   12:18 Diperbarui: 25 Maret 2021   12:33 6030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun 2019 dunia transportasi Indonesia meresmikan kereta listrik jalur bawah tanah dan jalur layang yaitu MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit). Namun Stasiun yang tersedia hanya di beberapa titik di sekitaran Jakarta. Tidak seperti stasiun KRL (Kereta Rel Listrik) yang sudah tersedia di wilayah JABODETABEK.

Pagi itu, kedua perempuan yang penasaran dengan MRT memulai perjalanannya dari stasiun Bekasi dengan menggunakan KRL. Untuk dapat menaiki kereta listrik, kita bisa membeli kartu KRL di loket sebelum masuk ke stasiun. Ada 2 kartu yang dapat digunakan sementara dan ada juga yang dapat digunakan selamanya. Sebenarnya kita juga bisa menggunakan kartu e-toll, e-money dan semacamnya.

Suasanya pagi itu benar-benar sangat ramai, antrian loket yang mengular, orang-orang juga sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Kita berjalan dengan santai dan merasa seakan-akan sedang berada di negara lain, dimana semua orang berjalan dengan gesit agar tidak tertinggal kereta sesuai tujuannya. Saat announcer mengumumkan "Kereta dengan tujuan Stasiun Manggarai berada di jalur 4", orang-orang dengan kesibukannya masing-masing langsung memenuhi jalur 4.

Ada 6 jalur yang tersedia di stasiun Bekasi, ada jalur untuk kereta jarak jauh dan ada juga jalur KRL. Kita berjalan ke jalur 4 untuk menunggu kereta ke stasiun manggarai. Saat kereta api jarak jauh melintas, para petugas memperingatkan untuk lebih menjauh dari perlintasan relnya karena memang sangat kencang sekali. Perlahan KRL tujuan Manggarai mulai terlihat dari arah barat mulai menarik rem dan memelankan kecepatannya. Orang-orang mulai berebut posisi agar bisa masuk pintu kereta paling awal dan bisa mendapatkan kursi untuk duduk.

Kereta berdecit pelan, pintu mulai terbuka, semua orang berlomba masuk dan mencari kursi kosong. Saying sekali kita yag sangat santai tidak mendapatkan kursi yang memang terbatas. Di atas kursi penumpang ada banyak pegangan yang bergelantungan. Namun karena kita malas berdegangan ke atas karena lama-lama memang pegal. Kami hanya menyender kursi pojok yang memang kosong, terkadang kita juga bersandar ke pintu kereta. Namun jika ada announce yang menandakan pintu kereta akan dibuka, kita langsung menjauhi pintu agar tidak terjafi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dari kaca pintu kita bisa melihat jalanan, lahan-lahan kosong yang terkadang kumuh, gedung-gedung perkantoran dan pemandangan rumah-rumah di pinggiran rel kereta api. Terkadang kereta yang sedang kita naiki harus berhenti dulu beberapa menit karena harus bergantian jalur dengan kereta jarak jauh. Setelah di beberapa stasiun berhent, gerbong yang kita naiki sedikit berkurang dan kita juga mendapatkan tempat duduk. Sebenarnya memang asik-asik saja berdiri, namun ketika kereta menarik remnya, kita harus siap-siap pegangan jika tidak mau terjatuh.

Kereta yang kita naiki berhenti di stasiun akhir yaitu Manggarai. Suasana disana ternyata lebih ramai karena memang stasiun ini sangat sibuk. Bunyi announcer, bunyi decitan kereta, suara orang-orang yang sedang ngobrol samapi pluit penjaga rel bercampur ramai. Saat kita melewati lobi yang berada di pojok stasiun, tercium wangi manisnya roti yang baru diangkat dari panggangan. Karena kita lapar, kita membeli dulu roti tersebut.

Sekarang kita naik lagi kereta dengan tujuan bogor untuk turun di stasiun Sudirman. Kereta berada di jalur 6 yang mengharuskan kita menyebrang dari ujung ke ujung lewat jembatan penyebrangan bawah tanah. Menuruni tangga-tangga sembari bercengkrama, diatasnya ada tulisan-tulisan jalur beserta kereta tujuan yang sangat membantu kita.
Setelah sampai di stasiun Sudirman, kita harus berjalan sekitar 3-5 menit melewati bawah jembatan yang dindingnya ramai dengan karya-karya karikatur. Sampailah di depan stasiun MRT Dukuh Atas. Sebelum masuk, kita harus melewati pemeriksaan tas terlebih dahulu. Karena ini stasiun bawah tanah, kitalangsung disuguhkan dengan eskalator yang menurun.

Suasana disini lebih tenang dan kurang ramai, tempatnya juga sangat bersih. Kita ke loket dulu untuk membeli tiket, karena beda lagi dengan tiket KRL. Setelah masuk, kita harus turun lagi menggunakan eskalator. Artinya, stasiun ini benar-benar berada di bawah tanah dan cukup dalam. Tidak seperti KRL, jalur MRT hanya ada 2 saja. Kita mulai menaiki kereta, didalamnya hamper sama dengan KRL, tapi MRT berjalan sangat kencang dibandingkan dengan KRL. Karena ini jalur bawah tanah, kita melewati lorong-lorong yang Panjang dan sangat gelap. Terkadang kita disughkan dengan pemandangan gedung-gedung yang menjulang saat kereta melewati jalur layang. Saat sampai di stasiun Blok M, kita turun dan mengakhiri perjalanan samapi sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun