Mohon tunggu...
NUR WAHYU ADIWIJAYA
NUR WAHYU ADIWIJAYA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Coach Excellent Service Training

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money

Memahami Ijtihad Politik dalam Bulan Ramadhan 1435 Hijriyah

28 Juni 2014   15:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:27 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saya membuka catatan sejarah.... Saat bulan Ramadhan saat umat Islam menjalankan ibadah bulan puasa, Sukarno kala itu umur 44 tahun didesak oleh pemuda-pemuda pada masanya untuk melakukan jihad berijtihad melepaskan penjajahan menuju kemerdekaan babak baru Bangsa Indonesia dalam persatuan dan kesatuan dengan berbagai suku dan agama saat itu.  Memang kita hidup di wilayah dengan keanekaragaman kehidupan untuk mencapai satu tujuan Indonesia Merdeka.

Dalam bulan Ramadhan ini ada kehendak untuk membangun Indonesia menjadi lebih hebat.  Menghargai pembangun masa lalu merupakan penghargaan atas upaya usaha pemerintahan masa lalu dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.  Tidak ada sesuatu yang sempurna dalam konstelasi politik yang sangat majemuk dengan berbagai tantangan, permasalahan, maupun solusi yang dihadapi.  Memang tidak ada sesuatu yang sempurna.  Namun dengan pengalaman ini memberikan sebuah transisi sebuah proyeksi sebuah regenerasi kepemimpinan, regenerasi pemikiran, regenerasi menuju ketulusan dan keikhlasan menuju Indonesia lebih baik lebih hebat.

Masa lalu setelah Indonesia merdeka merupakan masa Indonesia yang hebat mempertahankan kemerdekaan, hebat dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan (dengan segala kelebihan dan kekurangannya) dan saatnya Hebat untuk membangun Mental Bangsa atau Karakter Bangsa.   Mental bangsa yang menuju kebaikan menuju apa adanya dan dimulai dari para pemimpinnya.

Bulan Ramadhan ini sebagai bahan pembelajaran menuju Indonesia Hebat dengan segala usaha segala kerja yang nyata dalam bentuk pengabdian yang tulus, ikhlas, dan baik yang dikerjakan oleh semua.  Bahu-membahu sebagai petugas untuk sesama.  Hanya sebagai petugas.  Pengusaha adalah petugas bagi karyawannya untuk mampu memberikan nafkah hidup karyawannya.  Bukanlah upaya untuk mempersalahkan kinerja namun berupaya memberi solusi dan memberi peluang bagi yang muda untuk berrkreasi dalam ekonomi kreatif. Membangun umat Islam yang rahmatan lil'alamin. Umat Islam yang menjadi suri tauladan bagi umat yang lain. Menghargai pendapat, menghargai upaya yang sudah dilakukan dan memperbaiki yang belum sempurna, bergotong royong membangun, bersyirkah dalam usaha ekonomi dan segala usaha yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Kita menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT Yang Maha Sempurna.  Bulan Ramadhan ini menjadi bulan berpolitik yang santun dan tetap mengembangkan usaha yang menuju wawasan ekonomi kreatif bagi pemuda untuk kemaslahatan umat Islam dan umat yang lain.

Ir Nur Wahyu Adiwijaya, MSi. (entrepreneur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun