Mohon tunggu...
Nurwahidah
Nurwahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN PAREPARE

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Media Sosial: Katalisator Toleransi

7 Januari 2025   08:09 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Era digital telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi, membuat toleransi menjadi fondasi penting bagi keharmonisan dan keberlanjutan masyarakat majemuk di Indonesia. Artikel ini membahas peran media sosial dalam mempromosikan toleransi, mengatasi intoleransi, dan membangun masyarakat harmonis melalui analisis strategi dan solusi.

Toleransi dalam konteks moderasi beragama mencakup kemampuan untuk menghargai perbedaan keyakinan dan agama orang lain, serta memberi mereka kebebasan untuk mengekspresikan keyakinan mereka tanpa rasa takut atau tekanan. Namun, sampai saat ini kasus intoleransi masih banyak terjadi di Indonesia. Mengutip dari laman Komnasperempuan.com , salah satu contoh dari kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia adalah tindakan pembubaran yang berujung kekerasan terhadap sejumlah mahasiswa Universitas Pemalang yang sedang melakukan Ibadah Doa Rosario. Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu, 5 Mei 2024 di Babakan, Cisauk, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap kebebasan memeluk agama dan menjalankan aktivitas keagamaan. Hal tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghormati perbedaan yang ada.

Media sosial memiliki potensi besar dalam mempromosikan toleransi. Melalui konten edukatif, media sosial dapat memperkenalkan keberagaman budaya dan agama, serta mempromosikan dialog terbuka antara pemuka agama dan budaya. Selain itu, media sosial juga dapat meningkatkan literasi digital dan menyediakan sumber daya yang akurat. Konten bijak yang mendukung toleransi juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pengguna media sosial.

Media sosial memungkinkan pengguna membagikan pengalaman dan cerita tentang keberagaman budaya dan agama, serta membangun kesadaran akan perbedaan dan keunikan. Platform media sosial juga memfasilitasi diskusi konstruktif dan mengembangkan sikap toleran dan empati melalui konten inspiratif dan edukatif. Contohnya seperti Program "Indonesia Bersatu" di Facebook, Akun Instagram "@ToleransiIndonesia", forum diskusi online, dan "Dialog Antar-Agama" di Twitter. Ini menunjukkan potensi media sosial dalam mempromosikan toleransi.

Untuk mengatasi intoleransi, perlu dilakukan beberapa strategi. Pertama, membuat kebijakan dan regulasi jelas untuk mengatur konten intoleran. Kedua, melakukan kampanye kesadaran toleransi tentang pentingnya toleransi dan keberagaman budaya. Ketiga, meningkatkan kerja sama antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat sipil. Keempat, meningkatkan pendidikan karakter dan nilai-nilai toleransi ke dalam kurikulum sekolah.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan toleransi melalui media sosial adalah:

1. Penyebaran informasi palsu yang dapat memicu konflik dan intoleransi.

2. Keterbatasan literasi digital dan kesadaran akan toleransi.

3. Penggunaan media sosial untuk mempromosikan intoleransi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah:

1. Meningkatkan Literasi Digital melalui Kampanye Kesadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun