Saat ini, banyak merek kecantikan berlomba-lomba untuk meluncurkan produk terbaru dengan harga terjangkau. Dengan adanya media sosial seperti TikTok dan Instagram, arus perkembangan tren kecantikan semakin cepat. Tren ini cenderung berlangsung singkat, sehingga banyak orang membeli produk yang akhirnya tidak terpakai saat tren tersebut mulai memudar. Kondisi ini menciptakan tantangan bagi konsumen yang seringkali terjebak dalam siklus pembelian impulsif, serta bagi merek lokal yang berusaha bersaing dengan produk-produk impor yang lebih murah dan cepat hadir di pasaran. Hal menjadi faktor utama terjadinya tren fast beauty.
Fast beauty merupakan istilah yang merujuk pada produk-produk kecantikan yang diproduksi dan didistribusikan secara cepat untuk menanggapi tren pasar yang berubah-ubah. Banyak brand internasional yang menawarkan produk kecantikan dengan harga yang jauh lebih murah dari produk lokal. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) karena banyak konsumen yang tergiur dengan harga murah.Â
Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan fast beauty sangatlah agresif, terutama melalui kolaborasi dengan influencer di media sosial. Kampanye ini memiliki dampak yang signifikan, bahkan mampu menciptakan tren baru dalam industri kecantikan. Dengan memanfaatkan platform seperti TikTok dan Instagram, merek-merek ini dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Â
Influencer memainkan peran penting dalam fenomena ini, karena mereka dapat membangkitkan rasa "Fear of Missing Out" (FOMO) di kalangan pengikutnya. Konten yang mereka buat, seperti video endorse, haul, dan review produk, sering kali menarik perhatian konsumen dan mendorong mereka untuk membeli produk yang sedang tren. Hal ini menyebabkan siklus konsumsi yang cepat, di mana konsumen merasa perlu untuk selalu memiliki produk terbaru demi mengikuti perkembangan tren kecantikan.Â
Saat ini, banyak merek internasional yang mengklaim sebagai merek lokal, dan banyak konsumen yang tidak menyadari bahwa merek tersebut sebenarnya bukan berasal dari dalam negeri. Fenomena ini menciptakan kebingungan di kalangan konsumen, yang sering kali terjebak dalam iklan yang menjanjikan produk berkualitas dengan harga terjangkau. Merek-merek ini, meskipun tidak memiliki akar lokal, menggunakan strategi pemasaran yang cerdik untuk menarik perhatian pasar Indonesia.Â
Beberapa merek internasional yang mengklaim sebagai merek lokal, yaitu Skintific, The Originote, Sea Makeup, Acnaway, Grace and Glow, Elformula, dan masih banyak lainnya.Â
Fast beauty memang memiliki kelebihan tersendiri di kalangan konsumen, khususnya bagi generasi muda. Harganya yang terjangkau dan memiliki banyak variasi produk membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang ingin mengikuti tren kecantikan tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Namun, produk lokal juga tidak kalah bagus dan sering kali menawarkan kualitas yang lebih baik serta bahan-bahan yang lebih aman.Â
Maka dari itu, sebagai konsumen, kita harus pandai memilih produk lokal. Contoh produk kecantikan lokal, yaitu Makeover, Wardah, Instaperfect, Emina, Labore, Viva, Purbasari, Avoskin, dan masih banyak yang lainnya. Â Dengan memilih produk yang diproduksi di dalam negeri, kita tidak hanya mendukung perekonomian lokal, tetapi juga membantu menjaga keberlangsungan usaha kecil dan menengah yang sering kali menjadi tulang punggung industri. Selain itu, produk lokal sering kali lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat setempat, baik dari segi kualitas maupun harga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H