Mohon tunggu...
Nurus Syarifatul Ngaeni
Nurus Syarifatul Ngaeni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh S1 di STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara. Mahasiswi jurusan Sistem Informasi yang tertarik pada dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosialisasi Pembinaan Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan Bagi Dosen dan Mahasiswa Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

8 November 2014   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:18 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Magelang, 5 November 2014. Stimik Tunas Bangsa Banjarnegara berperan aktif dalam sosialisasi yang diselenggarakan oleh dinas provinsi Jawa Tengah. Seluruh PTS (Perguruan Tinggi Swasta) dan PTN (Perguruan Tinggi Negeri) se- karisidenan Banyumas  dan Kedu ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sosialisasi dilaksanakan dua hari, dimulai dari tangal lima hingga enam November dengan beberapa narasumber yang berbeda pada tiap sesinya.
“Kegiatan ini adalah angkatan ke empat periode kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di Surakarta dengan anggaran satu milyar” Terang Suprapto S.Sos, Msi selaku ketua panitia penyelenggara.
Di era gloalisasi ini, bangsa Indonesia mengalami krisis kebangsaan, ideologi, karakter dan identitas. Hal ini ditandai dengan maraknya penyalahan hukum dan memanasnya isu kenegaraan. Indonesia adalah negera berkembang dengan segala SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah. Nyiris memang, Bangsa yang mempunyai ladang luas harus impor bahan pangan dari negeri seberang. Bahkan yang lebih nyiris lagi ketika barang setengah jadi asal Indonesia harus kembali ke asalnya dengan merk dagang luar negeri.Lalu apakah yang menjadikan suatu negara terbilang sebagai negara maju? Ini adalah pekerjaan rumah yang harus terselesaikan jika kita tidak ingin bangsa yang besar ini hanya menjadi sejarah bagi anak cucu kita kelak.
Melimpahnya sumber daya yang dimiliki bangsa ini agaknya belum bisa menjadi tolak ukur untuk bersaing secara global. Suatu negara dikategorikan menjadi tiga, yaitu negara maju, berkembang dan miskin. Usia atau umur suatu bangsa tidak bisa menjamin majunya negara tersebut. Kita bisa melihat Mesir dan India yang mempunyai peradaban 2000  tahun akan tetapi masih kalah saing bahkan mengalami konflik berkepanjangan. Luasnya lahan juga bukan takaran suatu negara dikatakan maju. Kita bisa melihat hal ini dipelupuk mata kita sendiri sebagai warga negara Indonesia, dimana lahan yang amat luas justru hanya dikeruk oleh perusahaan asing dan kita sebagai tuan rumah hanya bisa melihat serta merasakan akibat atau dampak buruk ketika alam kian murka. Sekilas melihat Swiss, negara yang hanya memiliki 11% lahan yang bisa ditanami justru terkenal menjadi negara penghasil cokelat terbaik di dunia.
Lalu bagaimana nasib perkebunan cokelat di tanah air ini? Lalu faktor apa yang menjadikan suatu negara dikatakan maju, jika umur suatu bangsa atau SDA tidak menjamin negara itu bisa maju? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh pusat informasi dunia, sikap dan perilaku warga negara yang telah dibentuk sepanjang tahun sehingga menjadikan mayoritas penduduknya mengikuti aturan itulah yang mampu mengangkat derajat suatu bangsa menjadi predikat maju.
“Adanya isu akuntabilitas hukum, isu globalisasi dan pemulihan dalam negeri yang jika tidak diselesaikan akan mengarah pada disintegrasi bangsa Indonesia, Untuk itu kami selaku Pemerintah pusat dan Jawa Tengah akan mensosialisasikan wawasan kebangsaan sebagai amanat dari UU Otonimi daerah, Melalui sosialisasi ini kami berharap akan terpatri komitmen pada permasalahan sosial dan senantiasa belajar untuk menyelesaikan permasalahan bangsa secara sinergis, efisien, dan efektif sebagai warga negara” Dalam sambutan Kepala Dinas Pendidikan Provonsi Jateng yang di bacakan oleh Dra. Endang Purnomo Retno, MM
Dalam sosialisasi ini dikenalkan juga apa itu ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku) yang memang dikenalkan untuk pertama kalinya di Jawa Tengah. Tidak lepas dari usaha pemerintah untuk menanamkan nasionalisme dikalangan pelajar, sebelumya telah dibagikan kaset yang berisi lagu – lagu kebangsaan kepada seluruh sekolah dengan harapan melalui lagu, generasi muda bisa mendalami makna yang terkandung didalamnya. Pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan bisa juga melalui integrasi dalam kurikulum dan integrasi dalam kegiatan kemahasiswaan.
Kegiatan seperti ini seyogyanya menjadi acuan bagi mahasiswa serta dosen dalam berperan membangun kejayaan bangsa. Ini adalah bentuk perhatian pemerintah pada generasi muda bangsa Indonesia. Sesi terakhir dari sosialisasi ini adalah membentuk RTL (Rencana Tindak Lanjut) sebagai real action untuk mengimbaskan nasionalisme melalaui wawasan kebangsaan yang didapat. Sebagai hasil akhir dan bukti kerja nyata, mahasiswa membentuk even atau kegiatan yang akan di laksanakan di daerahnya berdasarkan landasan teori kebangsaan yang telah dimiliki. Semoga usaha pemerintah bisa membuka mata kita untuk peduli pada kejayaan bangsa. Yakinlah bangsa ini akan jaya pada masanya jika warga negaranya peduli akan bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun