Mohon tunggu...
nururidianalfiani
nururidianalfiani Mohon Tunggu... Guru - guru

pour out your worries by writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi dan Sepotong Roti

13 Januari 2025   11:05 Diperbarui: 13 Januari 2025   11:04 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Segelas kopi (sumber : pexels.com/Muhammad Fawdy)

Di sebuah sudut kota yang tenang, berdirilah sebuah kafe kecil yang sederhana namun menawan. Kafe ini dimiliki seorang barista bernama Arif. Kafe ini dikenal bukan hanya karena kopi yang nikmat, tetapi juga sepotong roti yang selalu menemani setiap cangkir kopi yang disajikan. Arif, barista kafe ini memiliki keahlian luar biasa dalam meracik kopi, namun yang membuat kafe ini istimewa adalah kehangatan dan empati yang selalu diberikan Arfi kepada setiap pelanggannya.

Setiap hari, berbagai macam orang datang ke kafe Arif dengan cerita hidup mereka sendiri, meningmati secangkir kopi dan sepotong roti ditemani suasana kafe yang hangat berharap sebagian beban hidup mereka berkurang. Anya, seorang pelajar yang selalu mampir pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah untuk mencari ketenangan hati. Bapak Herman, seorang pensiunan yang sering duduk di pojok sambil membaca koran dan mengingat kenangan masa mudanya. 

Setiap kali seseorang memesan kopi, Arif selalu menyediakan telinga yang sabar. Dia mendengarkan cerita mereka, memberikan nasihat yang bijaksana atau kadang hanya dengan senyuman hangat yang membuat hati mereka tenang. di saat-saat tertentu, Arif juga berbagi kisah hidupnya sendiri, tentang betapa sulitnya membuka kafe ini namun selalu dikuatkan oleh mimpi dan passionnya terhadap kopi dan roti.

suatu hari, seorang pelanggan baru datang. Namanya Dika, seorang pria muda yang terlihat gusar dan penuh  kekhawatiran. Dia memesan kopi dan sepotong roti seperti yang lainnya. Ketika Arif menyajikannya, Dika mulai bercerita tentang kegagalannya mencari pekerjaan selama berbulan-bulan. Arif mendengarkan dengan cermat sambil tersenyum dan berkata "Ada kalanya hidup terasa pahit seperti kopi hitam, tetapi dengan sedikit usaha kita bisa menambahkan gula dan membuatnya manis."

Seiring berjalannya waktu Dika menjadi pelanggan tetap kafe Arif. Dia mulai melihat kehidupan dengan cara yang lebih optimis dan tidak lama kemudian berhasil mendapatkan pekerjaan yang dia impikan. Arif senang, kafenya menjadi saksi bisu kebahagiaan dan tansformasi hidup banyak orang. 

Setiap cangkir kopi dan sepotong roti di kafe itu bukan hanya sekedar minuman dan makanan, melainkan simbol harapan, kenyamanam, dan persahabatan. Arif mengajarkan bahwa menjalani hidup, bahkanhal kecil seperti secangkir kopi dan sepotong roti bisa membawa kebahagiaan dan makna yang besar.

Arif tahu, sesederhana apapun mimpinya, kafe ini adalah dunia kecilnya dimana ia bisa memebrikan yang terbaik dan dengan begitu, ia menghabiskan hidupnya dengan makna yang dalam dan cinta yang tidak pernah redup. Sesederhana secangkir kopi dan sepotong roti, cinta dan harapan memiliki kekuatan untuk emngubah dunia. Secangkir kopi dan sepotong roti, satu jiwa dalam satu waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun