Gurunya menjawab: "Tidak ada yang memukul dan tidak ada yang dipukul. Ini hanyalah contoh yang dibuat oleh ulama nahwu untuk memudahkan para pelajar dalam memahami kaidah-kaidah nahwu". Karena tidak puas dengan jawabannya, sang wazir pun memenjarakan gurunya.
Kemudian ia mendatangkan seluruh guru nahwu seantero negeri untuk ditanya dengan pertanyaan yang sama. Semua menjawab sama persis dengan jawaban guru pertama, sehingga semua guru dipenjara. Penjara pun penuh dan seluruh madrasah mulai mengalami krisis guru nahwu. Akhirnya Daud Basya menyuruh utusan untuk membawa para ahli nahwu dari kota Baghdad. Ia pun menanyakan kembali pertanyaan yang sama kepada mereka. Pimpinan mereka yang bijaksana menemukan jawaban cerdas:
"Kesalahan terbesar `Amr adalah karena ia telah mencuri huruf "waw" yang harusnya itu milik anda, wahai yang mulia!" Ia mengisyaratkan adanya huruf wawu di lafaz `Amr setelah huruf "ra’", dan huruf "waw" yang saharusnya ada dua di dalam lafaz Daud sekarang hanya tersisa satu karena dicuri oleh `Amr. Sang wazir kagum dengan jawabannya dan bersedia memberikan hadiah apa saja yang diinginkan ulama tadi. Namun beliau hanya ingin para ulama yang sedang dipenjara dibebaskan.
Daftar Pustaka
Fauziah, I. (2020, Januari 2). Antara Bahasa Arab, Nahwu, dan Sharaf. FTIK UIN Malang.
Furqoni, A. T. (2020, Oktober 29). Kisah Dibalik Contoh Zaid dan Amr dalam Kitab Nahwu. pesantren.id.
Inilah Alasan Kenapa Zaid dan Amr Sering Disebut dalam Kitab Nahwu. (2017, Desember 15). Nahwu.top.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H